Hari ini, 79 tahun yang lalu, dua purnama setelah Kongres Pemuda yang melahirkan Soempa Pemoeda, bertempat di Ngayogyakarta Hadiningrat, berlangsung pula Kongres Perempoean. Untuk mengenang apa yang dilakukan kaum ibu nusantara dalam membingkai pergerakan menuju Indonesia Merdeka yang berlangsung tiga hari itu, ditetapkanlah setiap tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.
Namun apakah kemuliaan kaum ibu hanya bermakna tatkala mereka mampu secara historik dan patriotik melaksanakan kongres sebagai bagian dari sebuah pergerakan nasional? Harus jujur diakui, nyatanya tidak. Baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri, kaum ibu merupakan soko utama setiap generasi yang mengisi keberadaban pertiwi. Namun sayangnya, peran mahamulia seperti itu, kerap terabaikan, acap kali termarginalkan.
Lihatlah betapa menumpuknya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), jika kasus tersebut dilaporkan dan mengemuka, tak jarang yang terancam pidana justru perempuannya. Pelecehan dan perundungan seksual, perdagangan perempuan dan berbagai penistaan lain, masih menu santapan utama mereka.
Secara simbolik, agama sudah mengajarkan betapa penting peran ibu dalam keluarga. Surga terletak di telapak kaki ibu. Sayangnya, oleh kaum lelaki, sabda tersebut sering diplesetkan menjadi: surga ada di antara kaki ibu.
Peran kaum perempuan Indonesia, tidak hanya berhenti pada pola tradisional yang mengharuskan mereka hanya mengurus anak dan dapur semata. Kemandirian kaum perempuan Indonesia sudah terbata dalam sejarah. Mereka juga menjadi pilar utama rumah tangga tatkala kaum lelaki patah arang dan tersangkut masalah.
Jika kita berkesempatan berkeliling nusantara, kunjungi pula pusat-pusat kegiatan ekonomi yang ada, maka akan kita temui lebih dari sepertiga pelakunya adalah kaum ibu.
Beberapa saat yang lalu, saya beroleh satu kiriman kisah pendek yang mengharu-birukan perasaan, berikut petikannya:
Ini adalah mengenai Nilai kasih Ibu dari seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia menghulurkan sekeping kertas yang bertulis sesuatu. Si ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerima kertas yang dihulurkan oleh si anak dan membacanya.
Ongkos upah membantu ibu:
Membantu Pergi Ke Warung: Rp20.000
Menjaga adik Rp20.000
Membuang sampah Rp5.000
Membereskan Tempat Tidur Rp10.000
Menyiram bunga Rp15.000
Menyapu Halaman Rp15.000
Jumlah : Rp85.000
Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menulis sesuatu dibelakang kertas yang sama.
Ongkos mengandungmu selama 9bulan- GRATIS
Ongkos berjaga malam karena menjagamu -GRATIS
Ongkos air mata yang menetes karenamu -GRATIS
Ongkos khawatir kerana selalu memikirkan keadaanmu -GRATIS
Ongkos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu -GRATIS
Jumlah keseluruhan nilai kasihku - GRATIS
Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, "Saya Sayang Ibu".
Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu didepan surat yang ditulisnya: "Telah Dibayar".
Demikianlah petikan surat elektronik yang saya terima, meski itu bukan kisah baru, karena sudah pernah saya muat dalam Koran Anak Sekolah: BintangPelajar, saya selalu tertunduk saat membacanya kembali.
Tidakkah kisah tadi menginsipasi kita akan kemuliaan kasih seorang ibu yang kadang kita abaikan?
Mari untuk menyelamati ibu-ibu kita terkasih pada hari yang berbahagia ini, kita lantunkan beberapa lirik dan menyenandungkannya dengan mesra kepada mereka:
KASIH IBU
Ciptaan: NN
Kasih Ibu
Kepada Beta
Tak Terhingga Sepanjang Masa
Hanya Memberi
Tak Harap Kembali
Bagai Sang Surya Menyinari Dunia
BUNDA PIARA
Ciptaan: Bing Slamet
Bila Ku Ingat Lelah Ayah Bunda,
Bunda piara-piara akan Daku
Sehingga Daku Besarlah
Waktu Ku kecil Hidupku Alangkah Senang
senang dipangku-dipangku di pelukan
serta dicium-dicium dimanjakan
Namanya Kesayangan...
IBU
Ciptaan: Iwan Fals
Ribuan kilo jarak yang kau tempuh
lewati rintang demi aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
walau tapak kaki penuh darah penuh nanah
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak sanggup ku membalas, Ibu.
Ingin ku dekat dan menangis di pangkuanmu
sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
dengan apa ku membalas, Ibu
Kalau saja, kita masih sering mendendangkan ketiga lagu di atas, atau mengajarkannya kepada anak-anak kita dan bukannya lagu sms atau kucing garong, sepertinya masih akan ada kedamaian dan kesejukan di lorong rumah kita.
Sayangnya, Hari Ibu cuma ada sehari. Yang 364 hari lainnya adalah hari-harinya kaum lelaki. BATMAN 221207
3 komentar:
kasih ibu senantiasa ikhlas,
seperti matahari memberi kehangatan,
seperti pohon cedar yang mempu memberi naungan.
Ibu bumi kuhisap air susunya.
Terimakasih Sahabat Jiwa
Ayu Cipta / Tempo
Aduh, aku jadi terharu.
Saya sendiri saya lupa lho kalau ini hari ibu.
Bu Lillah
Dear mr. Andre,
Thank you very much for sending me your very nice poutry (you never leave your romantic style he2). It makes me (of course) think again about my life : wow my beautiful life by believing Islam as my way of life. Thank you for giving me an information about your nice blog, someday if I have my relax time, my free-mind, I promise I will see and read all about your romantic-statements in this. Ok, hoping you always keep in touch (between us and all our friends).
Regards,
Astuti Soekardi
Posting Komentar