15.4.09

Frustrasi dan Gangguan Jiwa


Sikap negatif sejumlah calon anggota legislatif yang gagal memperoleh dukungan suara pada pemungutan suara lalu menunjukkan ketidakmatangan mental mereka. Para caleg yang merasa hebat tidak siap menghadapi kenyataan bahwa ternyata diri mereka tidak sehebat yang dipikirkan.

Hal itu diungkapkan dosen Psikologi Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, Selasa (14/4). Ketidakmatangan mental itu dapat muncul dari yang paling ringan berupa ketidakmampuan berpikir jernih atau bertingkah laku buruk hingga tertawa atau menangis sendiri yang dikategorikan sebagai sakit jiwa.

”Ini indikasi jelas, sejak semula yang menjadi caleg adalah orang-orang yang tidak beres (kesehatan jiwanya),” katanya.

Mereka umumnya tidak siap dengan risiko kegagalan. Apalagi mereka telah mengeluarkan modal sangat besar dan menyisakan utang yang menumpuk.

Dosen Sosiologi Politik Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito, menambahkan, kelakuan para caleg yang gagal mendulang suara itu menunjukkan kefrustrasian sosial. ”Ketidaksiapan mereka menghadapi kekecewaan menunjukkan gagalnya pembangunan etika politik,” katanya.

Proses demokrasi masih dianggap upaya mobilisasi vertikal dengan mengabaikan etika. Mereka berpolitik hanya dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan materi dan kekuasaan semata. Akibatnya, mereka menempuh berbagai macam cara untuk menang, baik dengan berbuat curang, tak jujur, maupun melakukan politik uang.

Kondisi itu melahirkan caleg terpilih yang berasal dari kelompok masyarakat dengan modal besar. Masyarakat pun akhirnya memberikan pilihan praktis dengan memilih caleg yang paling besar memberikan kontribusi bagi mereka. Frustrasi politisi yang bertemu dengan tindak pragmatis masyarakat membuat kualitas demokrasi terus merosot.

”Demokrasi kita sangat mewah (biaya besar), tetapi miskin etika politik,” katanya.

Target pribadi

Menurut Arie, guncangan yang melahirkan frustrasi sosial itu tak hanya dialami caleg yang gagal. Namun, caleg yang akan lolos menjadi anggota legislatif juga mengalami hal sama. Mereka yang lolos hanya akan berpikir untuk mencapai target pribadi, tetapi tidak siap dengan agenda normatif sebagai wakil rakyat.

Untuk menjadi caleg, seseorang cukup mendapat keterangan sehat dari dokter umum saja, tanpa perlu menunjukkan bukti kesehatan jiwa. Namun, jika diwajibkan memiliki bukti kesehatan mental, lanjut Hamdi, jumlah tenaga untuk memeriksa kesehatan mental mereka tidak mencukupi mengingat jumlah caleg untuk seluruh tingkatan lebih dari 100.000 orang.

Selain ketidaksiapan mental caleg, lanjut Hamdi, sistem pemilu multipartai dengan cara pengusungan caleg dengan sistem proporsional terbuka turut mendorong gangguan kejiwaan para caleg. Budaya berpartai di Indonesia masih sangat lemah.

Jarang partai yang mengader dan mendidik anggotanya hingga menjadi anggota partai yang benar-benar memahami politik dan tahu segala risikonya. Caleg hanya direkrut sebagai anggota partai beberapa bulan menjelang pendaftaran partai peserta pemilu. MZW/KOMPAS 150409

29.3.09

Tuan B dari PSW




Kemarin, pas libur sehari, iseng saya nongkrong sambil menemani mbok-mbok penyapu jalan di kompleks tempat tinggalku.

Mereka sebenarnya adalah pemilik lahan sebelum tergusur semenjak daerah ini dijadikan perumahan. Dan atas 'kemurahan' developer, mereka diterima kembali bekerja di kawasan ini sebagai 'petugas kebersihan'. Setidaknya mereka masih bisa mengukur setiap jengkal mantan tanah milik mereka.

Nah, saat mereka rehat sejenak menjelang tengah hari, saya ajak mereka berbincang-bincang. Ternyata rata-rata mereka buta aksara. Pantas, mereka tidak keterima sebagai buruh pabrik yang juga banyak bertebaran di sekitar sini, meski beberapa di antaranya telah 'dibangkrutkan' oleh pemiliknya.

Di selah obrolan kami, saya menunjuk ke segerombolan poster yang dipakukan ke pohon tempat mereka berindang dengan teduhnya dedaunan. Saya tanya, "Mak, sebentar lagi kan pemilu, Mak mau pilih yang mana...?"

Sontak mereka menoleh dan mengkhimati poster-poster yang saya tunjuk itu. Sejurus kemudian, salah satu yang rada tambun menjawab, "Kalau saya boleh memilih, Den.., saya mah milih nyang kertasnya paling kecil noh..." dan yang ceking menimpali, "Tul Teuh, yang kertasnya kecil pasti asalnya orang susah kayak kita..., sesama orang susah pasti saling ngebela..."

Wow, mereka sudah menjatuhkan pilihan, bahkan spontan disertai argumentasi pula. Tapi karena rata-rata poster atau banner yang terpaku di pohon itu nyaris sama besarnya, saya jadi ragu yang mana yang mereka pilih.

"Nyang mana, Mak...?" menjawab pertanyaan saya, yang tambun langsung berdiri dan dengan jarinya menunjuk ke pamflet di batang pohon... "Badut, Hubungi telpon sekian-sekian", sementara yang ceking dengan gagang sapunya menunjuk ke plang mini advertising yang direkatkan ke tiang listrik..."Sedot WC telpon sekian-sekian".

Ah.., ternyata pilihan mereka, orang sederhana dengan pikiran sederhana itu tak lain dan tak bukan adalah Tuan BADUT dari Partai Sedot WC.

Bagaimana dengan pilihan Anda...? ANDRETHERIQA 270309

8.3.09

Demokrasi dan Identitas Naratif


Dalam demokrasi, legitimitas politik mencari pembenarannya melalui persetujuan warga negara. Persetujuan ini dilandaskan pada komunikasi (J Habermas, 1981).

Tidak ada norma atau nilai yang tidak dapat diperdebatkan, dipertanyakan, atau dikritik. Argumentasi menjadi cara mencari dasar persetujuan tindakan kolektif. Apakah prosedur demokrasi membantu warga negara lebih memiliki komitmen etis (komponen utama identitas naratif)? Acuan ke identitas naratif bisa menjadi ukuran sejauh mana keputusan Mahkamah Konstitusi (anggota legislatif dipilih berdasarkan suara terbanyak) mampu membuka dinamika politik baru.


Dilema dan solidaritas

Model tindakan komunikatif itu dilematis. Di satu sisi, tindakan komunikatif sering dikritik terlalu ideal sehingga syaratnya (tulus, benar, tepat, menunda kepentingan masing-masing peserta) sulit dipenuhi. Di sisi lain, upaya mewujudkan tuntutan itu bisa menjadi latihan guna membentuk orang yang terbuka dan memiliki komitmen. Seringnya perjumpaan, dalam kerangka diagnostik masalah dan upaya-upaya kolektif, akan menumbuhkan saling kepercayaan.

Demokrasi deliberatif, yang memberi kesempatan kepada suatu suara mengungkap alasan-alasannya, menjadi tempat persemaian bagi tumbuhnya saling pengertian. Karena itu, diskusi jangan dibatasi oleh urgensi untuk segera mengambil keputusan atau segera bertindak. Peserta dituntut bisa menahan diri untuk menunda kepentingan masing-masing. Tuntutan ini dalam realitas politik sulit dipenuhi karena masing-masing pihak memiliki prioritas, motivasi, dan tujuan. Terkurasnya energi karena konflik kepentingan ini bila diarahkan oleh politik budaya yang multikultural bisa memancing kesadaran rasa kebangsaan. Mengapa?

Ketika pilihan rasional masing-masing pihak berkutat pada kepentingan sendiri, dorongan ke arah kepentingan kolektif dalam bentuk solidaritas dan orientasi tujuan (kesejahteraan bersama, ideologi, pluralitas) kian dibutuhkan. Orang tidak akan sanggup terus menghadapi konflik dan ketidakpastian. Maka, tindakan yang hanya ditentukan oleh logika ekonomi dipertanyakan. Orang mencari kerja sama. Taruhannya adalah identitas dan komitmen. Komitmen merupakan dimensi moral yang menandai identitas naratif.

Identitas naratif

Identitas naratif lahir dari pemahaman kehidupan dalam bentuk kisah yang disatukan oleh tujuan hidup baik sehingga memungkinkan tiap orang menunjukkan kualifikasi etisnya (P Ricoeur, 1990:187). Tanda identitas naratif ialah meski selalu diterpa perubahan, tetap bisa dipercaya dan diperhitungkan. Jadi, identitas naratif ditandai oleh kemampuannya untuk menepati janji. Kemampuan menepati janji merupakan identitas lebih tinggi karena, meski ada aneka perubahan, masih tetap bisa diandalkan. Kemampuan menepati janji berasal dari kesetiaan kepada diri sendiri dan orang lain. Dari tepat janji ini tumbuh solidaritas. Jadi, identitas naratif suatu bangsa ditandai komitmen, kesatuan, dan kohesi yang teruji oleh waktu.

Identitas merupakan hasil proses identifikasi dan distinction yang membantu kelompok sosial membangun kohesinya dan menetapkan posisinya berhadapan dengan bangsa lain. Maka keyakinan, loyalitas, dan solidaritas anggota-anggotanya terwujud bila masyarakat saling mengakui hak dan kewajibannya karena status mereka sama (E Gellner, 1983:7).

Identitas naratif lemah saat warga negara tidak mampu mengenali diri dan yang lain atau menafikan yang lain. Mereka ini sebetulnya buta terhadap kepentingan dan identitasnya. Mereka akan gagal dalam hidup bersama. Padahal, bahkan pasar, sebagai bentuk kerja sama dan persaingan dalam pertaruhan simbolis dan material, menuntut syarat adanya dialektika identifikasi dan pengakuan ini. Maka, menjadi penting teori identitas dan pengakuan (D Cefaï, 2007:215). Identitas dan pengakuan diperoleh melalui keikutsertaan dalam tindakan dan upaya nyata, baik sendiri maupun kolektif, dan dalam kerja sama serta komunikasi dengan sesamanya.

Dalam konteks ini, keputusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan terpilihnya anggota legislatif atas dasar suara terbanyak bisa membuka dinamika politik baru. Di satu sisi, keputusan itu memperlemah daya tawar partai politik dan kecenderungan berkembangnya rasa kedaerahan. Di sisi lain, keterwakilan konstituen kian diperhatikan meski disertai kekhawatiran merebaknya politik uang dan dipertanyakannya kualitas caleg.

Ada dua implikasi politik, pertama, partai politik kian dituntut profesional dalam manajemen organisasi, termasuk dalam penunjukan calon anggota legislatif. Kedua, menghadapi primordialisme kedaerahan dan agama, pemerintah pusat harus mempunyai politik budaya yang tegas. Alasannya, pertama, nilai strategis budaya sebagai penyebar standar simbolis dan komunikatif; kedua, dasar identitas bangsa; ketiga, politik budaya berdampak positif pada ekonomi dan sosial karena mengembangkan kreativitas (L Bonet, 2007). Dengan demikian, keputusan MK bisa membuka dinamika kebangsaan baru asal mengarahkan ke universalitas konkret. Universalitas konkret sebagai bentuk komitmen etis merupakan komponen utama identitas naratif.

Universalitas konkret

Universalitas konkret bisa diilustrasikan dalam karya seni. Kekaguman terhadap karya seni merupakan bentuk universalitas. Jarang ada komentar yang mengatakan, karya-karya Mozart tidak bermutu. Universalitas konkret ini didefinisikan sebagai rekonsiliasi antara yang partikular dan yang universal (L Ferry, 1998:246). Partikularitas ini berlaku bagi suatu budaya (agama), saat ia membuka makna bagi seluruh kemanusiaan. Pemeluk agama-agama dipanggil untuk menjadi karya seni, artinya ambil bagian dalam kehidupan bersama dan memberi makna bagi semua. Panggilan ini berarti masuk ke pemikiran yang diperluas, maksudnya akses ke universal melalui otentifikasi partikularitas. Semakin mendalam dan otentik penghayatan agama seseorang, justru kian terbuka bagi semua.

Keterbukaan ini adalah buah kebebasan yang mampu melepaskan diri dari partikularisme (agama) untuk membuka diri bagi semua golongan. Orang bisa memahami makna karya seni ketika melihat pribadi Mahatma Gandhi, Ibu Teresa dari Calcutta, Muhammad Iqbal, Muhammad Hatta, dan Romo Mangun. Para tokoh ini adalah ungkapan universalitas konkret.

Universal karena mereka berjasa dan diterima semua golongan, juga konkret karena mengakar pada partikularitas agama masing-masing. Komitmen untuk kemanusiaan yang mengatasi sekat agama menandai identitas naratifnya. Universalitas konkret mengikis primordialisme karena ukuran penerimaan bukan kepemilikan pada kelompok, tetapi jasa, sumbangan, dan prestasi untuk masyarakat.HARYATMOKO Dosen Pascasarjana FIB UI dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

22.2.09

2012


Heboh ramalan tahun 2012 sudah berlangsung lama, tetapi baru meluas sekitar 10 tahun terakhir. Penelitian tentang hal itu dilakukan banyak ahli dari berbagai bidang ilmu dan puluhan buku sudah diterbitkan.

Observasi astronomi sangat akurat selama berabad-abad para astronom genius Maya memberi pertanda, tanggal 21/12/2012 akan menjadi kelahiran zaman baru. Masa itu paling sakral sekaligus paling berbahaya dalam sejarah Bumi.

Menurut Laurence E Joseph dalam Apocalypse 2012, tanggal 21/12/2012 merupakan titik balik musim dingin tahunan ketika belahan Utara Bumi berada di titik terjauh dari Matahari sehingga siang sangat pendek.

Pada tanggal itu, tata surya dengan Matahari sebagai pusatnya, seperti diyakini bangsa Maya, akan menutupi pemandangan pusat Bimasakti dari Bumi. Para astronom Maya Kuno menganggap titik pusat ini sebagai rahim Bimasakti. Keyakinan itu didukung banyak pembuktian para astronom kontemporer bahwa di situlah tempat terciptanya bintang-bintang galaksi.

Saat ini, sejumlah lembaga penelitian ilmiah mengenai atmosfer, ruang angkasa, dan teknologi di Barat menduga ada lubang hitam tepat di pusat itu yang menyedot massa, energi, dan waktu, yang menjadi bahan baku penciptaan bintang masa depan.

Untuk pertama kalinya dalam 26.000 tahun, energi yang mengalir ke Bumi dari titik pusat Bimasakti akan sangat terganggu pada 21/12/2012, tepatnya pukul 11.11 malam. Semua itu disebabkan guncangan kecil pada rotasi Bumi.

Bangsa Maya yakin, sesingkat apa pun terputusnya pancaran dari pusat galaksi akan merusak keseimbangan mekanisme vital Bumi dan tubuh semua makhluk, termasuk manusia.

Memaknai ramalan

Ada yang menginterpretasikan 21/12/2002 sebagai ”kiamat”, tetapi banyak pula yang memaknainya secara kontemplatif.

Pakar psikologi transpersonal dari AS, Dr Beth Hedva, yang ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu, mengibaratkan Ibu Bumi sudah sangat dekat waktunya melahirkan. Proses kelahiran tak hanya diiringi darah dan penderitaan, tetapi juga harapan dan janji.

”Selalu terjadi kontraksi,” ujar Beth Hedva. Wujudnya perang, kekejian, dan bencana akibat penghancuran lingkungan dan perusakan atmosfer Bumi—dampak kebencian dan keserakahan manusia—serta bencana yang disebabkan faktor manusia dan nonmanusia.

Dalam antologi The Mystery 2012: Predictions, Prophecies & Possibilities (2007), ahli sistem komputer untuk ruang angkasa yang menjembatani ilmu pengetahuan dan spiritualitas, Gregg Braden, menyatakan, yang terpenting bukan apa yang akan terjadi, tetapi bagaimana potensi kolektif muncul dari pemahaman holistik dan kesadaran tentang siapa diri kita di tengah Semesta Raya.

Ahli fisika biologi dan ahli kanker pada Organisasi Kesehatan Dunia, Carl Johan Calleman, peneliti Kalender Maya, mengingatkan pada transformasi kesadaran manusia.
Robert K Stiler, Direktur Program Kajian Amerika Latin Universitas Stetson di DeLand, Florida, AS, menambahkan, ”Apa pun maknanya, bangsa Maya mengajak kita merengkuh hidup berkualitas dan kesehatan planet Bumi.”

Tahun 2012 adalah tahun berjaga dengan menyadari teknologi saja tak menjamin keberlangsungan Bumi. Begitu diingatkan José Argüelles, PhD, ahli Kalender Maya dan pakar sejarah seni dan estetika dari Universitas Chicago.

”Kalau kita tidak berjaga, planet Bumi akan hancur secara alamiah karena sekarang sudah jauh dari seimbang,” ia menambahkan. ”Pikiran manusia secara massal dikontrol dan dimanipulasi pemerintah dan institusi-institusi yang menjadi faktor kunci kehidupan modern.”

Christine Page, dokter medis, ahli homeopati dan kesehatan holistik, menjelaskan, tanggapan pada zaman baru sangat tergantung pada kemampuan memahami kesalingterkaitan dan menghargai Ibu Bumi. ”Alam dan semua makhluk hidup di Bumi adalah bagian diri kita yang harus diperlakukan penuh martabat, penghargaan, dan cinta,” ujarnya.Jadi, pilihan ada di tangan manusia: membiarkan planet Bumi hancur atau melanjutkan evolusinya.
MARIA HARTININGSIH 220209

18.2.09

Ponari (tak) Lagi Menari


Gara-gara menemukan sebuah batu saat petir menyambar, Ponari dianggap memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Lantas berbondong-bondonglah orang datang, ada yang memang karena penyakitan, tapi tak kalah banyak pula orang yang datang hanya karena penasaran.

Melihat pola pengobatan Ponari kecil hanya dengan menyelupkan si 'batu bertuah' ke air, tanpa jampi-mantera dan bahkan diagnosa, pantaskah Ponari disebut sebagai dukun?

Yang lebih heboh lagi adalah banyaknya pemberitaan yang menyebutkan bahwa keluarga Ponari kaya mendadak dan telah menjadi milyarder.

Nyatanya, Ponari tetaplah si kecil yang cuek, yang sederhana, yang kadang amat sangat masa bodoh dan terlihat bt, yang telah kehilangan waktu untuk belajar dan bermain.

Terlepas dari 'kesaktian'nya yang merupakan titisan Ki Ageng Selo, atau Gundala Putra Petir sekalipun, terlepas dari kemungkinan ia adalah sosok Satria Piningit, sewajarnya Ponari diselamatkan dari kepentingan selebrasi orang tua dan tetangganya, dari eksploitasi lingkungan dan pemda setempat, dari kecemburuan para dukun dan tabib, juga dus sekaligus dari sorot kamera media massa yang hyper-expose.

Bukankah gejala Ponari, hanya merupakan siklus lazim menjelang Pemilu, tak beda jauh dengan pertikaian Cathrine Wilson versus Ayu Soraya. Jadi janganlah menjadikan Ponari sebagai Ponirah, yang terpidana. ANDRETHERIQA 180209

14.2.09

Kasih Sayang

Secara tragis, Ketua DPRD Sumatera Utara Abdul Azis Angkat meninggal teraniaya angkara murka pengunjuk rasa yang ingin memaksakan kehendak mendirikan Provinsi Tapanuli.

Sebagai penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasa mendiang Abdul Azis Angkat semasa hidupnya bagi negara dan bangsa, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan kesepakatan dengan musyawarah pimpinan daerah (muspida) setempat, berhasrat melaksanakan pemakaman jenazah Abdul Azis Angkat di Taman Makam Pahlawan (TMP) Bukit Barisan di Medan.

Persiapan untuk pemakaman dilakukan, hingga menggali liang kubur. Namun, dalam suatu kesempatan di rumah duka, Wakil Gubernur Sumut menyampaikan perkembangan baru, ”Pihak keluarga mempertimbangkan keinginan istri almarhum yang ingin nantinya jika wafat bisa dikebumikan di samping makam suaminya. Tentu hal itu akan sulit jika almarhum dimakamkan di TMP”.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pun mematuhi keinginan keluarga. Jenazah Abdul Azis Angkat dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Ekarasmi.

Tafakur

Peristiwa yang terkesan sederhana itu mengharu biru sanubari saya, membawa nurani saya ke alam tafakur. Pemakaman merupakan bentuk ritual peradaban dan kebudayaan yang membedakan manusia dengan jenis makhluk hidup lain. Hanya spesies Homo sapiens yang memakamkan jenazah sesama yang telah meninggal dunia. Maka, pemakaman merupakan salah satu ritual terpenting dalam jalur kehidupan manusia.

Tujuan utama pemakaman adalah sebagai mempersembahkan kehormatan dan penghormatan, baik bagi yang meninggal maupun yang ditinggal.

Di sisi lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pahlawan merupakan gelar kehormatan amat tinggi, maka amat didambakan. Dikebumikan di TMP merupakan bentuk kehormatan dan penghormatan sangat terhormat bagi yang meninggal maupun yang ditinggalkan.

Memang di dunia fana, insan yang telah meninggal dunia tidak lagi bisa secara ragawi merasakan kehormatan dan penghormatan yang diberikan kepadanya. Namun, bagi keluarga yang ditinggalkan, pemakaman almarhum atau almarhumah di TMP merupakan kehormatan yang amat bermakna, maka amat didambakan banyak pihak.

Bagi yang merasa dirinya pengabdi negara, bangsa, dan rakyat, pemakaman di TMP merupakan anugerah penghargaan dan penghormatan atas jasa-jasa darma baktinya. Apalagi di masa begitu banyak pihak gigih berebut menjadi pengabdi negara dan bangsa yang disebut sebagai wakil rakyat. Diakui atau tidak, pemakaman di TMP merupakan anugerah kehormatan dan penghormatan yang didambakan para politisi masa kini yang sudah wafat maupun sanak keluarganya yang masih hidup.

Terharu

Saya terharu karena di tengah kemelut gejolak beragam semangat ambisi mereka yang disebut abdi negara, bangsa, dan rakyat, secara tulus atau tidak, mendadak tampil suasana yang amat berbeda. Sebuah dambaan sederhana yang lebih mengutamakan kasih sayang antarinsan ketimbang dambaan atas kilau gemerlap kehormatan dan penghormatan dengan suasana bergelar menggetar sukma kepahlawanan kenegaraan dan kebangsaan.

Seolah suasana kebisingan yang sedang memekak telinga mendadak berubah menjadi suasana keheningan yang lembut menyentuh, lalu membelai sanubari. Peristiwa penolakan pemakaman di TMP di Medan itu mengingatkan saya kepada ketulusan kerendahan hati almarhum pahlawan nasional yang jasanya tiada terhingga bagi bangsa dan negara, Bung Hatta. Proklamator kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia ini dengan rendah hati secara tulus menginginkan jenazah dirinya disemayamkan bukan di TMP, tetapi di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Di dunia fana sampai ke alam baka, Bung Hatta konsekuen dan konsisten ingin selalu dekat dengan rakyat.

Adiluhur

Penghormatan setinggi-tingginya layak diberikan kepada sikap keluarga almarhum Abdul Azis Angkat mendukung penolakan pihak istri terhadap pemakaman jenazah suami di TMP semata agar di kemudian hari jika sang istri wafat, dapat disemayamkan di sanding sang suami tercinta, bukan di TMP, tetapi di taman pemakaman rakyat biasa.

Peristiwa mengharukan ini menyadarkan kita, sebenarnya masih ada nilai-nilai kehidupan manusia jauh lebih mulia, agung, dan luhur ketimbang sekadar nilai-nilai politik duniawi, apalagi yang berlumuran kebencian dan kekerasan!

Kasih sayang merupakan nilai adiluhur di atas segalanya dalam kehidupan manusia. Maka, jelas amat keliru jika manusia sampai khilaf meninggalkan, melupakan, mengorbankan, apalagi mengkhianati nilai-nilai kasih sayang dalam bersama menempuh perjalanan hidup nan sarat kemelut deru campur debu bepercik keringat, air mata, dan darah. JAYA SUPRANA 140209

8.2.09

Memoar Pulau Buru


MEMOAR PULAU BURU
HERSRI SETIAWAN
Pustaka SemburatJingga 02010937500


Kedua kader itu ditelanjangi para pemeriksa, dipermak dengan berbagai cara, kemudian dipaksa naik di atas meja interogasi. Dalam posisi tubuh telentang dan tengkurap menjadi satu, dililit kedua-duanya dengan kabel penyetrum, lalu dipaksa bersetubuh dan arus listrik dialirkan…

Dengan pemukul sebatang benda keras apa saja, dari gagang karaben sampai gagang cangkul, mereka hantami tubuh-tubuh telanjang tapol yang berlutut di tanah lapang. Semua tapol hanya bias melindungi kepala dengan tangan masing-masing, atau yang di barisan belakang menyusupkan kepala mereka di bawah kaki kawan mereka yang di barisan depan. Sembilan tapol mati seketika…

Peristiwa 30 September 1965 adalah catatan hitam dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa ini masih meninggalkan banyak pertanyaan tak terjawab hingga saat ini. Kita bias merunutnya mulai dari tidak dilaksanakannya pengadilan yang resmi dan memadai berkaitan dengan tragedy besar ini. Yang tinggal adalah pertanyaan-pertanyaan dan kontroversi-kontroversi. Misalnya, benar tidaknya PKI mendalangi dan mencoba melakukan kudeta; konstelasi politik macam apa yang terjadi di antara pemimpin politik, militer, dan pemerintahan; ada tidaknya campur tangan pihak asing; apa dan bagaimana kejadian di Lubang Buaya; mengapa terjadi kekejian dan pembunuhan di antara massa rakyat, dan seterusnya.

Pulau Buru adalah tempat pembuangan para tahanan politik pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto. Pulau ini adalah saksi bisu sejarah kelam bangsa Indonesia. Ada banyak anak manusia yang ditindas dan dinistakan, mulai dari tokoh puncak PKI sampai anggota tidak resmi partai dan kelompok-kelompok yang sealiran. Bahkan, ada juga mereka yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa “September Hitam” itu; rakyat kecil yang tidak tahu apa-apa tentang politik dan kekuasaan.

Hersri Setiawan memiliki riwayat masa lal sebagai aktivis Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), sebuah organisasi yang ditahbiskan sebagai bagian inti PKI. Lahir dalam lingkungan keluarga priyayi-nasionalis, Hersri Setiawan tumbuh menjadi pemuda aktivis seni dan budaya. Ia banyak menulis di berbagai media, pengajar, pengurus organisasi kesenian, dan sebagainya. Perjalanan karier sebagai aktivis seni dan budaya membawa Hersri Setiawan aktif di Front Nasional dan Lekra, kemudian menjadi wakil Indonesia dalam organisasi pengarang Asia-Afrika di Kolombo.

Disebabkan kekisruhan politik di Kolombo, Sri Lanka, Hersri Setiawan pulang ke Indonesia, hanya untuk menjumpai kekisruhan politik yang lebih genting lagi. Demikianlah, ia terseret dalam rangkaian “September Hitam” yang sama sekali tidak dipahaminya. Ia tidak paham peta organisasi Lekra dan PKI yang sekian lama ditinggalkannya, ia juga tidak paham dengan konstelasi politik yang terjadi di masa genting itu. Yang kemudian terjadi adalah, ia ditingkap dan dipenjara sebagai tahanan politik Orde Baru. Dan kemudian di-Buru-kan.

Memoar Pulau Buru ini adalah sebuah buku yang disusun berdasarkan manuskrip “Di Sela-Sela Intaian”. Tulisan-tulisan dalam buku ini adalah catatan-catatan pribadi Hersri Setiawan atas kehidupannya sebagai tahanan politik Orde Baru. Ditulis setelah ia menjadi orang usiran dan tinggal di Belanda,catatan-catatan yang kemudian disusun menjadi sebuah buku ini menjadi rekaman dan refleksi yang sangat berharga bagi bangsa ini.

Bagaimanapun, Hersri Setiawan dalam buku ini berhasil membebaskan diri dari tempurung picik budaya politik dan kekuasaan. Apa yang termuat dalam buku ini adalah sejarah tentang manusia dan kemanusiaan. Dengan buku ini, Hersri menemukan kebebasan dan kemerdekaannya. Ia telah melunaskan tugasnya sebagai anak manusia yang secara asasi adalah manusia merdeka. Ia berhasil menyuarakan apa yang selama ini terpendam dan tersumbat di setiap pori-pori kehidupannya: kepahitan, kegetiran, kesakitan, dan kekejian yang ia alami sebagai tahanan politik Orde Baru. Lebih dari itu, ia juga sekaligus menyuarakan derita dan kepedihan tak tertanggungkan kawan-kawannya sesame tahanan politik Pulau Buru. INDONESIA TERA 280109

Dari Langit


DARI LANGIT
KUMPULAN ESAI TENTANG MANUSIA, MASYARAKAT, DAN KEKUASAAN
RIZAL MALLARANGENG
Pustaka SemburatJingga 09010960000

Rizal Mallarangeng lahir di Makassar 29 Oktober 1964. Beberapa waktu lampau ia kerap tampil di pariwara televisi untuk menyuarakan perlunya kaum muda tampil sebagai pemimpin negeri ini. Salah satu ucapan yang khas ia lontarkan adalah, di mana ada kemauan di sana ada jalan.

Bahana pencalonan diri sebagai presiden meredup bersamaan dengan kesadarannya bahwa secara logis ia belum mampu melawan status-quo, terutama dari sisi modal. Betapapun, ia telah memberi warna, bahwa memang ada yang salah dalam terapan politik kita, mengapa selalu saja yang layak tidak mampu untuk bisa muncul sebagai pemimpin.

Berikut adalah cuplikan tulisan Rizal Mallarangeng pada 22 Juli 2008 yang diberi label “Surat Buat Semua”, bagian terakhir buku “Dari Langit” yang menurut hemat saya bisa memberi gambaran seperti apa jalan pikiran Rizal, yang sekaligus menjadi soko guru seluruh rangkaian tulisannya di buku tersebut.

>>>^<<<
Saya ingin mengucapkan terimakasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negeri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis internet, maupun media massa konvensional, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya.
Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju.
Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn.) Wiranto dan Letjen (purn.) Prabowo. Mungkin Sultan Hamengkubuwono X dan Letjen (purn.) Sutiyoso juga akan turut serta.
Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali. Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 th) dan di Rusia ada Medvedev (44 th), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir?
Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya.
Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya-raya atau anak orang kaya-raya. “Rizal,” kata kawan-kawan dekat saya, “You are a bit crazy. No, damn crazy!”

Bahkan bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, “The time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you don’t have any chance whatsoever.”

Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, “Mungkin Anda benar.” Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, if there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, dan hampir tidak ada lagi yang lainnya. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the “will” is here, and I am working out the “way”.

Dengan wacana akan pilihan baru tersebut, siapapun orangnya, kita bisa mengatakan kepada dunia, bahkan kepada diri kita sendiri, we are a country on the move. Zaman berubah, Indonesia berubah. Zaman bergerak, Indonesia bergerak. Kita telah memecahkan glass-ceiling yang membatasi kita selama ini dalam membicarakan kemungkinan baru tersebut. BAT310109

27.1.09

Kebo - Cincin - Haram


Ada beberapa cara untuk mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek, dalam beberapa dealek. Yang umum sekarang dipergunakan adalah Gong Xi Fa Chai, dari bahasa mandarin. Ada juga yang menulis: Kung Zi Fat Choi, Sin Cia Ru Ie, Kiong Hi Sin Nien, Sin Nien Cin Fu dan sebagainya, dan seterusnya. Intinya sama saja, selain mengucapkan selamat atas pergantian tahun, selamat datang musim semi, juga berisi doa dan harapan untuk kemakmuran, rezeki dan kebahagiaan bersama di tahun yang akan datang.


Orang Cina, terkenal dengan ilmu dagangnya. Dan hakekat seorang pedagang adalah senantiasa mendoakan para langganannya selalu diberkahi rezeki melimpah, agar mereka tetap memiliki daya beli yang tinggi. Sistem dagang orang Cina berbeda dengan teori ekonomi yang kita pelajari selama ini di bangku sekolah. Mereka sama sekali tidak menganut paham, pengeluaran sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Bagi kaum pedagang Cina, mereka cenderung memilih untung kecil, asal pelanggannya setia. Mungkin itu sebabnya, mereka cenderung sukses, karena tidak mengenal istilah hit and run. Mungkin itu pula sebabnya kita perlu belajar hingga ke negeri Cina.


Satu Ciagwee 2560 tahun ini bertepatan dengan 26 Januari 2009. Rentang sejarah dan kebudayaan yang panjang dari bangsa Cina, menunjukkan pengalaman dan pengamatan mereka yang juga cenderung lebih akurat. Buktinya, pada hari tersebut, terjadi gerhana matahari cincin. Dalam ilmu astronomi, gerhana matahari hanya mungkin terjadi pada permulaan bulan.


Gerhana matahari mendatangkan gambaran bumi yang kelabu. Matahari ambang sore tertutup tepat oleh bulan yang menghalangi kegarangan sinarnya. Dan karena pola edar yang elips, keberadaan bulan yang menjauhi bumi, masih menyisakan cincin surya di bagian lingkar luarnya.


Tahun ini juga tahun kerbau, atau kita lebih lancar dengan menyebutnya kebo. Kerbau diidentikkan sebagai gambaran kerja keras. Kaki menjejak lumpur, punggung terbakar matahari. Barangkali kedua rangkaian tadi mengisyaratkan kekelaman perekonomian dunia yang mensaratkan kita kudu bekerja lebih keras.


Bagaimana tidak ? Sebagian besar orang di sekitar kita memang sedang kerja keras untuk bisa mendapatkan kursi. Mereka juga bukan penganut teori ekonomi yang baku. Buktinya mereka rela mengeluarkan modal yang besar. Memasang muka mereka di mana-mana, di pohon, di tiang listrik-telpon-gardu bersebelahan dengan iklan sedot wc, di rambu-rambu lalulintas. Padahal nanti, di kertas suara, muka mereka tidak akan tampil. Modal besar mereka keluarkan, mungkin dengan harapan akan kembali keuntungan yang besar pula.


Sebagian peserta pemilu itu menjadi bagian dari partai yang menggunakan kerbau atau yang menyerupai kerbau sebagai lambangnya. Mudah-mudahan saja, tahun kerbau memang memberikan peluang lebih pada mereka. Tapi persoalannya, kalaupun mereka mendapat suara lebih, lantas apa arti dan manfaatnya bagi rakyat banyak ?


Dan permulaan tahun baru imlek ini juga 'diperindah' dengan fatwa haram terhadap golput dan rokok bagi anak-anak, remaja, wanita hamil, di muka umum dan pengurus MUI. Duh. Kalau tanpa batasan haram itu, mungkin kita tidak akan pernah lagi menyaksikan siaran langsung sepakbola yang selalu diseponsori oleh perusahaan rokok. Tidak ada lagi panggung pertunjukkan musik. Tidak ada lagi...., ah. Gong Xi Fa Chai. Sin Nien Khwai Le. (maaf kalau salah dalam penulisan dan bahasa yang memang aku tidak kuasai ini, tapi yang jelas doa di hatiku tulus untuk kesejahteraan kamu semua, kok). BATMAN 270109

Inilah Cuplikan Pasal dari Buku yang Heboh Itu


KAMI HANYA MENUNGGANGI OMBAK ITU KE PANTAI
(Tim Weiner: Membongkar Kegagalan CIA hal 329-334)

CIA mengingatkan Gedung Putih bahwa hilangnya pengaruh Amerika di Indonesia akan membuat kemenangan di Vietnam tak berarti. Dinas bekerja keras untuk menemukan pemimpin baru bagi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia itu.

Kemudian, pada tanggal 1 Oktober 1965, sebuah gempa politik pecah di Indonesia, tujuh tahun setelah CIA berusaha menggulingkan Presiden Sukarno. Manuver Sukarno mendekat ke kiri terbukti menjadi kesalahan fatal. Setidaknya lima jenderal dibunuh pada malam itu, termasuk kepala staf angkatan darat. Radio pemerintah mengumumkan bahwa sebuah dewan revolusioner telah mengambil alih kekuasaan untuk melindungi presiden dan bangsa dari CIA.

Stasiun di Jakarta memiliki segelintir kawan di militer atau pemerintah. Yang pasti, stasiun CIA memiliki seorang agen yang punya posisi baik: Adam Malik, mantan Marxis (penganut aliran Karl Marx) berusia 48 tahun yang mengabdi sebagai duta besar Sukarno di Moskow dan menteri perdagangannya.

Setelah terlibat dalam perseteruan permanen dengan presidennya pada tahun 1964, Malik bertemu dengan perwira CIA, Clyde McAvoy, di sebuah tempat rahasia dan aman di Jakarta. McAvoy adalah operator rahasia yang selama satu dekade sebelumnya telah membantu merekrut seorang perdana menteri masa depan bagi Jepang, dan dia datang ke Indonesia dengan tugas meyusup ke dalam PKI dan pemerintahan Sukarno.

“Saya merekrut dan mengontrol Adam Malik,” ujar McAvoy dalam sebuah wawancara pada tahun 2005. “Dia adalah pejabat Indonesia tertinggi yang pernah kami rekrut.” Seorang kawan mereka telah memperkenalkan mereka, yang menguntungkan bagi McAvoy; perantara itu adalah seorang pengusaha Jepang di Jakarta dan mantan anggota sebuah partai komunis di Jepang. Setelah perekrutan Malik oleh CIA, Dinas mendapat persetujuan untuk meningkatkan program operasi rahasia buat mendorong sebuah baji politis di antara kelompok kiri dan kanan di Indonesia.

CIA berusaha mengonsolidasi sebuah pemerintah bayangan, sebuah kelompok tiga serangkai yang terdiri atas Adam Malik, sultan yang memerintah di Jawa Tengah, dan perwira tinggi angkatan darat berpangkat mayor jenderal bernama Soeharto. Malik memanfaatkan hubungannya dengan CIA untuk mengadakan serangkaian pertemuan rahasia dengan duta besar Amerika yang baru di Indonesia Marshall Green. Sang Duta Besar mengatakan bahwa dia bertemu dengan Adam Malik “di sebuah lokasi rahasia” dan mendapatkan “gambaran yang sangat jelas tentang apa yang dipikirkan Soeharto dan apa yang dipikirkan Malik serta apa yang mereka usulkan untuk dilakukan” buat membebaskan Indonesia dari komunisme melalui gerakan politik baru yang mereka pimpin, yang disebut Kap-Gestapu.

Pada pertengahan bulan Oktober 1965, Malik mengirimkan seorang pembantunya ke kediaman perwira politik senior kedutaan, Bob Martens, yang pernah bertugas di Moskow ketika Malik juga bertugas di sana. Martens menyerahkan kepada utusan Malik itu sebuah daftar yang tidak bersifat rahasia, yang berisi nama 67 pemimpin PKI. Dua minggu kemudian, Duta Besar Green dan kepala stasiun CIA di Jakarta, Hugh Tovar, mulai menerima laporan-laporan dari tangan kedua tentang semua pembunuhan dan kekejian yang terjadi di Jawa Timur dan Jawa Tengah, tempat ribuan orang dibantai oleh begitu banyak kelompok warga sipil atas persetujuan Jenderal Soeharto.

McGeorge Bundy dan saudaranya Bill, memutuskan bahwa Soeharto dan Kap-Gestapu layak mendapat bantuan Amerika. Duta Besar Green, setelah berunding dengan Hugh Tovar, mengirimkan pesan telegram kepada Bill Bundy, yang merekomendasikan pembayaran uang dalam jumlah yang cukup besar kepada Adam Malik:

Ini untuk menegaskan persetujuan saya sebelumnya bahwa kita menyediakan uang tunai sebesar Rp. 50 juta (= $ 10.000) buat Malik untuk membiayai semua kegiatan gerakan Kap-Gestapu. Kelompok aksi yang beranggotakan warga sipil tetapi dibentuk militer ini masih memikul kesulitan yang diakibatkan oleh semua upaya represif yang sedang berlangsung…. Kesediaan kita untuk membantu dia dengan cara ini, menurut saya, akan membuat Malik berpikir bahwa kita setuju dengan peran yang dimainkannya dalam semua kegiatan anti-PKI, dan akan memajukan hubungan kerja sama yang baik antara dia dan angkatan darat. Kemungkinan terdeteksinya atau terungkapnya dukungan kita dalam hal ini sangatlah kecil, sebagaimana setiap operasi “tas hitam” yang telah kita lakukan.

Sebuah gelombang besar kerusuhan mulai meningkat di Indonesia. Jenderal Soeharto dan gerakan Kap-Gestapu telah membunuh begitu banyak orang. Duta Besar Green kemudian memberi tahu Wakil Presiden Hubert H. Humphrey dalam sebuah pembicaraan di kantor wakil presiden di Gedung Capitol bahwa “300.000 sampai 400.000 orang telah dibantai” dalam “sebuah pertumbuhan darah besar-besaran.”

Duta Besar Green mengoreksi perkiraan angka kematian di Indonesia dalam sebuah rapat rahasia Komite Hubungan Luar Negeri Senat. “Saya kira kita harus menaikkan taksiran itu barangkali mendekati angka 500.000,” ujarnya dalam sebuah kesaksian yang dinyatakan deklasifikasi pada bulan Maret 2007. “Tentu saja, tidak ada orang yang tahu pasti. Kita hanya bisa menilainya berdasarkan keadaan semua desa yang telah menjadi sepi.”

Ketua komite itu, Senator J. William Fulbright dari Arkansas, mengajukan pertanyaan berikut dengan sungguh-sungguh dan langsung.

“CIA tidak punya peran apa-apa dalam kudeta itu?”

“Maksud Anda tahun 1958?” ujar Green. Dinas rahasia telah menjalankan kudeta tersebut, tentu saja, dari awal yang buruk dan ceroboh sampai ke akhir yang pahit. “Saya khawatir tidak bisa menjawab,” ukar Duta Besar. “Saya tidak tahu pasti apa yang terjadi.”

Sesaat yang penuh resiko membangkitkan suasana yang menegangkan yang hampir saja menabrak dan membongkar sebuah operasi yang mendatangkan malapetaka dan membawa konsekuensi yang fatal –tetapi Senator berhenti mengejar pertanyaan itu.

Lebih dari satu juta tahanan politik dipenjarakan oleh rezim baru ini. Beberapa tahanan tetap berada di dalam penjara selama beberapa dasawarsa. Beberapa lagi meninggal di dalam tahanan. Indonesia tetap menjadi pemerintahan diktator militer sampai berakhirnya perang dingin. Konsekuensi dari penindasan itu masih bergema sampai hari ini.

Amerika Serikat telah berupaya menyangkal selama 40 tahun dengan menyatakan tidak punya kaitan apa-apa dengan pembantaian yang dilaksanakan atas nama antikomunisme di Indonesia. “Kami tidak menciptakan ombak-ombak itu,” ujar Marshall Green. “Kami hanya menunggangi ombak-ombak itu ke pantai.” BAT 260109

23.1.09

(Jangan Biarkan) Bara Kebahagiaan Itu Tersiram dan Padam

Alhamdulillah, berkat kerja keras seluruh elemen pemerintahan dan masyarakat Kabupaten Tangerang serta didukung oleh Departemen Dalam Negeri dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, pada 26 November 2008 terbentuklah daerah otonom baru yang bernama Kota Tangerang Selatan.

Sukacita dan kebahagiaan begitu merebak, mengingat kerja keras yang mendahului terbitnya UU No. 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan melampaui durasi yang panjang, lebih dari tiga tahun lamanya. Sukacita dan kebahagiaan tersebut, terlihat nyata dengan menggemanya puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, ucapan selamat yang begitu marak dan antusias, pesta rakyat, bahkan lebih dari tiga ratus ribu massa tumpah ruah ke jalan saat diadakannya acara Kirab dan GerakJalan Tangerang 65 Km yang merangkai HUT ke-65 Kabupaten Tangerang dan Terbentuknya Kota Tangerang Selatan. Massa tersebut merentang tidak terputus mulai dari Kecamatan Pamulang hingga ke Kecamatan Tigaraksa, dari sentra Tangsel hingga ke pusat pemerintahan induk.

Sukacita dan kebahagiaan itu juga dilatari kenyataan bahwa Kabupaten Tangerang sebagai daerah induk, terutama dalam hal ini peran seorang Bupati, H. Ismet Iskandar, mengawal dan menghantarkan dari mula hingga terbentuknya daerah otonom baru, mempersiapkan dengan baik hingga ke hal yang sekecil-kecilnya.

Buah karya yang manis ini menjadi sangat logis, mengingat eksistensi tujuh kecamatan yang berada di wilayah selatan Kabupaten Tangerang ini, pada hakekatnya memang telah tumbuh jauh lebih pesat dari daerah manapun di seluruh Provinsi Banten. Sehingga proses kelahirannya pun berjalan dengan begitu alamiah.

Bahkan, Bupati pun merespon dengan baik masukan dari tokoh masyarakat dan alim ulama agar menamai daerah sang cikal bayi tersebut dengan Kota Tangerang Selatan, bukannya Cipasera atau nama salah satu dari tujuh kecamatan yang ada, agar benang merah dan chemistry antara sang jabang bayi dengan induknya tetap terjaga.

Mengingat perjalanan yang terbangun dengan harmonis, penuh kehangatan dan tanpa intrik, Pemerintah Kabupaten Tangerang sebagai induk yang care, pun segera menyiapkan segala keperluan yang terbaik bagi Kota Tangerang Selatan. Dari hibah untuk menjalankan administrasi pemerintahan sebelum memiliki kepala daerah definitif (Kab. Tangerang menyediakan hibah Rp. 30 miliar/2 th, sementara Prov. Banten hanya Rp. 10 miliar/2 th), mempersiapkan aparatur suprastruktural yang handal dan pembagian aset yang berimbang.

Dalam kerangka menjalankan amanah undang-undang (UU No.12 / 2008, UU No. 51 / 2008, PP No. 78 / 2007) maka Bupati Tangerang menyiapkan tiga putra daerah terbaik untuk direkomendasikan sebagai Penjabat Walikota Tangerang Selatan.

Ketiga nama yang telah dipertimbangkan dengan seksama tersebut adalah :

Drs. H. MAS IMAN KUSNANDAR, SH, M.Si, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat. Sebelumnya pernah menjabat sebagai Sekretaris DPRD dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang. Sosok yang cerdas ini juga adalah Rektor Unis Tangerang dan Ketua Tim Pembentukan Kota Tangerang Selatan.

Drs. H. BENYAMIN DAVNIE, 'bibit unggul' ini kerap diberi kepercayaan untuk menduduki unit-unit yang strategis. Saat ini sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang. Karena kecakapannya di bidang pemerintahan, sempat dipinang untuk mendampingi H. Triyana Sam'un saat pilkada gubernur Banten lalu.

Drs. HERY HERYANTO, M.Si, Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman. Pejabat yang benar-benar 'dibesarkan' di selatan Tangerang, sehingga paham betul dinamika dan karekteristik wilayah ini. Hery menjadi Camat Serpong saat daerah tersebut sedang berpacu dalam perkembangan yang pesat.

Menilik tiga nama yang dipertimbangkan (amanah Penjelasan UU No. 51 / 2008 ps. 9 ay.2) oleh Bupati Tangerang tersebut, serta merta seluruh elemen dan stakeholder di Tangerang Selatan merespon dengan pernyataan sikap untuk siap mengamankan dan mendukung sepenuhnya kebijakan Bupati tersebut. Siapapun nama dari ketiga putra daerah terbaik tadi yang kelak akan ditetapkan oleh Presiden RI cq. Mendagri sebagai Penjabat Walikota Tangerang Selatan, akan diterima dengan baik oleh pejabat, stakeholder dan masyarakat, terutama alim ulama dan pemuka di Tangerang Selatan.

Ketiga-tiganya di nilai memiliki kecakapan, akuntabilitas, akseptabilitas, track-record dan pengalaman di bidang manajerial tata pemerintahan yang sangat baik untuk memimpin Tangerang Selatan hingga kelak saat sepasang kepala daerah definitif terpilih. Terlebih lagi, nama H. Mas Iman Kusnandar yang sudah sangat melekat di hati masyarakat saat memimpin tim pembentukan daerah otonom ini.

Namun bara kebahagiaan tersebut sepertinya disiram paksa untuk kemudian padam seketika, saat segenap elemen Tangsel mendapat kabar bahwa ketiga nama tersebut tidak berarti apa-apa saat diproses di tingkat provinsi. Bahkan Gubernur beranggapan bahwa dia memiliki hak prerogatif untuk menentukan seorang Pjs. Walikota, yang memprihatinkan, bukan salah satu dari tiga nama di atas.

Sebelum apa yang terencana dan terlaksana dengan baik dan lancar hingga terbentuknya Kota Tangerang Selatan dirusak dengan akhir yang antiklimak, mencederai dan melukai masyarakat Tangerang Selatan, hingga memunculkan potensi konflik dan kemelut yang tak berkesudahan dan melelahkan serta merugikan semua pihak, maka akan sangat bijaksana jika sebelum mengambil keputusan dan menetapkan Penjabat Walikota Tangerang Selatan, Presiden (dan/atau) dalam hal ini, Menteri Dalam Negeri mempertimbangkan dengan seksama proses perjalanan, kaidah undang-undang dan peraturan pemerintah yang terkait, dan yang tak kalah penting adalah aspirasi dan amanat hati nurani masyarakat Tangerang Selatan.

Kewenangan yang diberikan oleh hukum dan konstitusi negara untuk mengangkat dan melantik seorang Penjabat Walikota hanya ada pada Presiden Republik Indonesia cq. Menteri Dalam Negeri. Dalam kasus ini, tidak kita kenal istilah: 'Gubernur memiliki hak prerogatif untuk menentukan Pjs. Walikota' (sebagaimana yang tercetus oleh pejabat Provinsi Banten dalam berbagai kesempatan).

Dalam hal Penjabat Walikota, tidak sertamerta diangkat pula Penjabat Wakil Walikota, sehingga sangat disayangkan ketika muncul pemahaman yang salah kaprah dari serangkaian uangkapan pejabat Provinsi Banten yang menyatakan bahwa bila Penjabat Walikota dari provinsi maka wakilnya akan diambil dari kabupaten.

Seorang Penjabat Walikota Tangerang Selatan seyogianya memahami karekteristik Tangerang Selatan yang dinamika pembangunan dan pertumbuhan sebagai daerah urban sangat progesif, sehingga orang dimaksud harus cakap dalam manajemen tata pemerintahan, akuntabel, cerdas, humanis, rajin, berpengalaman dan dapat diterima oleh segenap lapisan masyarakat Tangerang Selatan. Sebagai daerah yang eksistensinya lebih maju dari daerah lain di Provinsi Banten, Penjabat Walikota Tangerang Selatan harus bisa bekerja keras dengan kualitas dan akurasi tinggi, membawa Tangsel lebih ke depan dan bukannya justru kelak menjadikan Tangsel mundur ke belakang. Karenanya, sosok tersebut sebaiknya tidak berangkat dari seorang pejabat yang semata-mata hanya menangani satu bidang teknis.

Penjabat Walikota Tangerang Selatan juga semestinya bisa bekerjasama dengan Bupati Tangerang; dalam kerangka mewujudkan amanah UU No. 51 / 2008 bab V ps. 13, bahwa Bupati Tangerang bersama Penjabat Walikota Tangerang Selatan menginventarisasi, mengatur serta melaksanakan pemindahan personel, penyerahan aset dan dokumen serta pemberian gaji dan tunjangan sebelum Kota Tangerang Selatan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah-nya sendiri. Penjabat Walikota Tangerang Selatan juga berkewajiban melaporkan realisasi penggunaan hibah yang diberikan oleh daerah induk kepada Bupati Tangerang.

Dalam banyak hal, Kota Tangerang Selatan berbeda kondisi dengan Kota Serang. Kota Serang dibentuk saat UU No. 32 / 2004 masih menjadi acuan, sedangkan Kota Tangerang Selatan dibentuk dengan mengacu pada UU No. 12 / 2008. Meski dalam keterbatasan, Kota Serang harus terbentuk karena keberadaannya sebagai ibukota Provinsi Banten. Sementara Kota Tangerang Selatan terbentuk karena berbagai faktor kelebihannya dan dipersiapkan dengan matang dan baik oleh daerah induknya yaitu Kabupaten Tangerang.

Kajian ini dibuat untuk mendudukkan persoalan kembali ke koridornya, di mana kita senantiasa dituntut untuk taat pada asas, hukum dan peraturan perundangan yang berlaku. Tidak satupun dari kita yang rela jika segala hal yang kita persiapkan, rancang, dan ejahwantahkan dengan baik pada awalnya menjadi rusak pada akhirnya. Kita tentu tak ingin keputusan yang kita hasilkan melahirkan gugatan yang berkepanjangan, kecamuk intrik dan konflik bahkan potensi anarkis di belakang hari.

Semoga kajian ini bisa meredakan dan mendinginkan hati dan pikiran kita, terutama Mendagri dalam memberikan yang terbaik bagi seluruh elemen Masyarakat Tangerang Selatan, yang sangat mengidamkan limpahan dan sosok terbaik sebagaimana yang telah dipersiapkan oleh Kabupaten Tangerang.

Semoga Tangerang Selatan tetap dan senantiasa menjadi kebanggaan kita sekalian. Terimakasih.
ANDRETHERIQA 160109

Buku-BukuKu Sepanjang 2008

Sepanjang 2008, aku mengoleksi sejumlah buku yang sebagian besar di antaranya sudah selesai aku baca. Berikut sedikit di antaranya, tercatat tahun ini buku yang kubeli lebih dari seratus, sebagian kecil telah kuhadiahkan sebagai kado untuk beberapa SahabatJiwa yang memang doyan baca. Selengkapnya sedang kupikirkan untuk kubuatkan ruang khusus untuk menampilkan gambar dan sinopsis atau ulasan dari masing-masing buku tersebut. Punya ide, sebaiknya aku buat di mana ya, kamar baca tersebut ?



3.1.09

Selamat Tahun Baru

Almanak Masehi dan Hijriah mengarungi hitungan barunya hanya berjarak sejari tangan. Betapapun, penanggalan hanyalah sebuah konsensus dalam menghitung waktu. Yang lebih penting bukan pergantian tahun, tapi bagaimana kita menyikapi dan memanfaatkan waktu yang ada, yang tersedia, yang masih tersisa.

Desember ini, saya mengalami banyak hal. Dari yang menggemberikan. Di antaranya memberikan ucapan selamat ulang tahun pada berturut-turut: Hurul, Puspitasari Retno Utami, Sarah, Dessy Retno Pamungkas, Ahmed Zaki Zulkarnaen Iskandar, Haji Muhammad Komaruddin, Hajjah Zaenab Nathalia Soares, Haji Soma Atmaja. Bahkan saya pun dilahirkan di bulan penuh kenangan dan harapan ini.

Terimakasih kepada segenap HandaiTaulan SemburatJingga dan para SahabatJiwa yang telah berkenan memberikan selamat dan doa tulus atas hari jadiku kemarin yang dipestakan oleh kawan-kawan dengan menggelar CitraRaya Open Tournament 2008. Thanks Frans, Ade, Isno, Kang Uding, Pak Satim, Kang Imam Kusnandar, Kang Rudy Maesal, Kang Toto Sudarto, Kang Arsyad Hussein, Kang Arsid, Kang Agus Suryana, Kang Mohan Mehra, Kang Gani, Kang Sopiyan Sori, Bu Rita, Kang Soebardi T. Sentono, dan teman-teman lainnya. Terutama sekali atas limpahan perhatian dari Ayahanda dan Bunda Ismet Iskandar serta ucapan dari Kang Rano Karno. Teman-teman artis dan komedian seperti Zoko Dewo, Memed Mini, Ninik, Didik, Narji Cagur, Eko Patrio, dan lain-lain.
Desember ini, kami Komite Olahraga dan Disporabudpar Kabupaten Tangerang juga menyampaikan penghargaan dan sebentuk curahan terimakasih kepada segenap atlet baik yang berangkat ke PON XVII Kaltim, maupun yang masih mengikuti event olahraga tingkat pelajar. Keseluruhan atlet yang menerima bonus dan beasiswa sekitar 600 oraang. Terimakasih dan selamat berjuang lagi adik-adikku.
Ada juga duka yang menghampiri. Tanggal 17 Desember, saat sedang makan siang bersama dengan Kadisporabudpar setelah membuka Kejuaraan Bola Voli Bupati Cup III di Kompleks Batan Indah, pintu mobilku di bobol maling saat parkir di Pecel Madiun Serpong. Tas kesayanganku raib bersama isi-isinya. Duh...!!!
Duka nestapa juga menghampiri H. Nanang Komara, Sekretaris Kabupaten Tangerang yang ditinggal sang Ibunda dan H. Edi Rustan, Kepala Seksi Kesenian Disporabudpar yang ditinggal sang istri tercinta untuk selama-lamanya. Semoga kedua almarhumah mendapat tempat terindah di sisi Allah swt, sebagaimana curahan kasih mereka kepada keluarga semasa hidupnya.

Dan, pada 23 Desember, SemburatJingga pun menyapa HandaiTaulan dan para SahabatJiwa langsung di spot di median jalan raya serpong. Himbauan khas Sang SemburatJingga akan senantiasa mengingatkan kita semua agar:
SELAMATKANLAH ANAK-ANAK INDONESIA NISCAYA KELAK MEREKALAH YANG AKAN MENYELAMATKAN INDONESIA.

Selamat Hari Ibu:
Ibu yang Sehat akan Melahirkan Generasi yang Kuat.

Selamat Tahun Baru 1430 H dan 2009 M. Semoga kesuksesan, kesehatan dan kebahagiaan senantiasa tercurah atas kita semua. Sudah masanya kita kian cinta pada sesama sebagaimana Allah pun tetap sayang pada kita. Goodluck n GBU. BATMAN 010109