8.2.09

Dari Langit


DARI LANGIT
KUMPULAN ESAI TENTANG MANUSIA, MASYARAKAT, DAN KEKUASAAN
RIZAL MALLARANGENG
Pustaka SemburatJingga 09010960000

Rizal Mallarangeng lahir di Makassar 29 Oktober 1964. Beberapa waktu lampau ia kerap tampil di pariwara televisi untuk menyuarakan perlunya kaum muda tampil sebagai pemimpin negeri ini. Salah satu ucapan yang khas ia lontarkan adalah, di mana ada kemauan di sana ada jalan.

Bahana pencalonan diri sebagai presiden meredup bersamaan dengan kesadarannya bahwa secara logis ia belum mampu melawan status-quo, terutama dari sisi modal. Betapapun, ia telah memberi warna, bahwa memang ada yang salah dalam terapan politik kita, mengapa selalu saja yang layak tidak mampu untuk bisa muncul sebagai pemimpin.

Berikut adalah cuplikan tulisan Rizal Mallarangeng pada 22 Juli 2008 yang diberi label “Surat Buat Semua”, bagian terakhir buku “Dari Langit” yang menurut hemat saya bisa memberi gambaran seperti apa jalan pikiran Rizal, yang sekaligus menjadi soko guru seluruh rangkaian tulisannya di buku tersebut.

>>>^<<<
Saya ingin mengucapkan terimakasih atas perhatian dan simpati Anda semua, baik yang berada di tanah air maupun yang di luar negeri. Dalam waktu singkat, lewat Facebook, milis-milis internet, maupun media massa konvensional, begitu banyak yang memberi komentar, salam persahabatan, dukungan, pertanyaan, keraguan, hingga kritik yang tajam terhadap saya.
Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa alasan utama bagi saya untuk tampil sekarang adalah untuk memberi alternatif baru dalam proses pemilihan kepemimpinan nasional. Sebenarnya, soal ini bukanlah soal saya sebagai pribadi, tetapi persoalan sebuah generasi dan sebuah bangsa yang harus terus bergerak maju.
Sejak 10 tahun terakhir, pilihan-pilihan kepemimpinan nasional tidak banyak berubah. Gus Dur dan Amien Rais tampaknya masih ingin ikut pemilihan presiden tahun depan, mendampingi Presiden SBY dan Wapres Kalla serta Megawati. Begitu juga Jenderal (purn.) Wiranto dan Letjen (purn.) Prabowo. Mungkin Sultan Hamengkubuwono X dan Letjen (purn.) Sutiyoso juga akan turut serta.
Saya menghormati tokoh-tokoh senior tersebut. Tapi apakah pilihan kepemimpinan nasional harus berkisar hanya di seputar mereka, sebagaimana yang terjadi setelah Soeharto lengser? Apakah di Indonesia terjadi stagnasi dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, sehingga wajah-wajah baru tidak mungkin muncul sama sekali. Jika di Amerika Serikat muncul Obama (47 th) dan di Rusia ada Medvedev (44 th), mengapa kita tidak? Bukankah Republik Indonesia sebenarnya dipelopori oleh para tokoh yang saat itu berusia muda, seperti dr Tjipto Mangunkusumo, HOS Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Sjahrir?
Pemikiran seperti itulah yang memberanikan saya untuk tampil sekarang. Dengan segala kelemahan yang ada, saya bersyukur mendapat kesempatan untuk melakukannya.
Saya bukan menteri atau mantan menteri. Saya bukan ketua umum partai, bukan presiden atau mantan presiden, bukan jenderal berbintang, bukan anak proklamator, bukan pejabat tinggi, bukan bekas panglima TNI, bukan pula orang kaya-raya atau anak orang kaya-raya. “Rizal,” kata kawan-kawan dekat saya, “You are a bit crazy. No, damn crazy!”

Bahkan bukan hanya kawan-kawan saya saja, bekas guru besar saya di Columbus, AS, yang sangat saya sayangi pun, Prof. Bill Liddle, berkomentar lirih, “The time is not yours yet. My dear Celli (nama kecil saya), you don’t have any chance whatsoever.”

Terhadap semua itu, saya hanya bisa menjawab, “Mungkin Anda benar.” Semboyan kampanye saya pun bunyinya rada mirip, if there is a will, there is a way. Pada tahap awal ini, yang ada hanyalah kehendak, kemauan, keberanian, dan hampir tidak ada lagi yang lainnya. Terhadap Bill Liddle saya sempat membalas emailnya dengan kalimat ini: Pak Bill, the “will” is here, and I am working out the “way”.

Dengan wacana akan pilihan baru tersebut, siapapun orangnya, kita bisa mengatakan kepada dunia, bahkan kepada diri kita sendiri, we are a country on the move. Zaman berubah, Indonesia berubah. Zaman bergerak, Indonesia bergerak. Kita telah memecahkan glass-ceiling yang membatasi kita selama ini dalam membicarakan kemungkinan baru tersebut. BAT310109

Tidak ada komentar: