8.2.09

Memoar Pulau Buru


MEMOAR PULAU BURU
HERSRI SETIAWAN
Pustaka SemburatJingga 02010937500


Kedua kader itu ditelanjangi para pemeriksa, dipermak dengan berbagai cara, kemudian dipaksa naik di atas meja interogasi. Dalam posisi tubuh telentang dan tengkurap menjadi satu, dililit kedua-duanya dengan kabel penyetrum, lalu dipaksa bersetubuh dan arus listrik dialirkan…

Dengan pemukul sebatang benda keras apa saja, dari gagang karaben sampai gagang cangkul, mereka hantami tubuh-tubuh telanjang tapol yang berlutut di tanah lapang. Semua tapol hanya bias melindungi kepala dengan tangan masing-masing, atau yang di barisan belakang menyusupkan kepala mereka di bawah kaki kawan mereka yang di barisan depan. Sembilan tapol mati seketika…

Peristiwa 30 September 1965 adalah catatan hitam dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa ini masih meninggalkan banyak pertanyaan tak terjawab hingga saat ini. Kita bias merunutnya mulai dari tidak dilaksanakannya pengadilan yang resmi dan memadai berkaitan dengan tragedy besar ini. Yang tinggal adalah pertanyaan-pertanyaan dan kontroversi-kontroversi. Misalnya, benar tidaknya PKI mendalangi dan mencoba melakukan kudeta; konstelasi politik macam apa yang terjadi di antara pemimpin politik, militer, dan pemerintahan; ada tidaknya campur tangan pihak asing; apa dan bagaimana kejadian di Lubang Buaya; mengapa terjadi kekejian dan pembunuhan di antara massa rakyat, dan seterusnya.

Pulau Buru adalah tempat pembuangan para tahanan politik pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto. Pulau ini adalah saksi bisu sejarah kelam bangsa Indonesia. Ada banyak anak manusia yang ditindas dan dinistakan, mulai dari tokoh puncak PKI sampai anggota tidak resmi partai dan kelompok-kelompok yang sealiran. Bahkan, ada juga mereka yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa “September Hitam” itu; rakyat kecil yang tidak tahu apa-apa tentang politik dan kekuasaan.

Hersri Setiawan memiliki riwayat masa lal sebagai aktivis Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), sebuah organisasi yang ditahbiskan sebagai bagian inti PKI. Lahir dalam lingkungan keluarga priyayi-nasionalis, Hersri Setiawan tumbuh menjadi pemuda aktivis seni dan budaya. Ia banyak menulis di berbagai media, pengajar, pengurus organisasi kesenian, dan sebagainya. Perjalanan karier sebagai aktivis seni dan budaya membawa Hersri Setiawan aktif di Front Nasional dan Lekra, kemudian menjadi wakil Indonesia dalam organisasi pengarang Asia-Afrika di Kolombo.

Disebabkan kekisruhan politik di Kolombo, Sri Lanka, Hersri Setiawan pulang ke Indonesia, hanya untuk menjumpai kekisruhan politik yang lebih genting lagi. Demikianlah, ia terseret dalam rangkaian “September Hitam” yang sama sekali tidak dipahaminya. Ia tidak paham peta organisasi Lekra dan PKI yang sekian lama ditinggalkannya, ia juga tidak paham dengan konstelasi politik yang terjadi di masa genting itu. Yang kemudian terjadi adalah, ia ditingkap dan dipenjara sebagai tahanan politik Orde Baru. Dan kemudian di-Buru-kan.

Memoar Pulau Buru ini adalah sebuah buku yang disusun berdasarkan manuskrip “Di Sela-Sela Intaian”. Tulisan-tulisan dalam buku ini adalah catatan-catatan pribadi Hersri Setiawan atas kehidupannya sebagai tahanan politik Orde Baru. Ditulis setelah ia menjadi orang usiran dan tinggal di Belanda,catatan-catatan yang kemudian disusun menjadi sebuah buku ini menjadi rekaman dan refleksi yang sangat berharga bagi bangsa ini.

Bagaimanapun, Hersri Setiawan dalam buku ini berhasil membebaskan diri dari tempurung picik budaya politik dan kekuasaan. Apa yang termuat dalam buku ini adalah sejarah tentang manusia dan kemanusiaan. Dengan buku ini, Hersri menemukan kebebasan dan kemerdekaannya. Ia telah melunaskan tugasnya sebagai anak manusia yang secara asasi adalah manusia merdeka. Ia berhasil menyuarakan apa yang selama ini terpendam dan tersumbat di setiap pori-pori kehidupannya: kepahitan, kegetiran, kesakitan, dan kekejian yang ia alami sebagai tahanan politik Orde Baru. Lebih dari itu, ia juga sekaligus menyuarakan derita dan kepedihan tak tertanggungkan kawan-kawannya sesame tahanan politik Pulau Buru. INDONESIA TERA 280109

Tidak ada komentar: