18.12.07

Hebat.Hormat.Hemat

“ Di tengah belantara, harimau terkapar kelaparan
Daging kijang disantap serigala-serigala
Seorang hamba
Terkadang tidur berselimut sutra
Berdarah ningrat namun beralaskan tanah…”
1)


BELAKANGAN ini makin banyak saja bukti bahwa kita ini bangsa yang hebat. Dalam perkara apapun. Coba lihat anak-anak bangsa yang berangkat ke First Step to Nobel Prize in Physics. Dua medali emas disabet siswi dari Semarang dan Papua. Di Olympiade Fisika, lagi-lagi dua medali emas berhasil di boyong anak-anak kita, ditambah bonus tiga perunggu pula. Remaja lainnya berangkat ke Puerto Riko untuk melumat pasukan tuan rumah sehingga Tim Fed Cup Indonesia bertahan di Grup II Dunia. Tiga remaja putra juga berangkat ke Eropa untuk meningkatkan elo-rating, sehingga catur Indonesia kelak akan dikenal bukan melalui seorang Utut Adianto melulu.


Ahad pagi tempo hari, sepanjang Thamrin-Sudirman sekonyong-konyong mewujud menjadi ratusan lapangan bulutangkis. Berjejar panjang berlaksa pemain bulutangkis baik yang profesional, amatiran maupun kagetan. Dan rupa-rupanya, negeri kita memang sedang nge-tren ‘kehebatan’ yang bentuknya panjang memanjang.

Dua belas tahun yang lampau, entah berapa miliar rupiah yang dihabiskan untuk menjadikan bangsa ini punya budaya antre lewat program Gerakan Disiplin Nasional. Tapi dua minggu terakhir, tanpa ber-nomenklatur di APBN pun masyarakat kita menjadi begitu akrab dengan kebiasaan antre tadi. Nyaris di seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum, SPBU, di segala peloksok tanah air bisa dijumpai antrean kendaraan roda dua, roda tiga, roda empat hingga roda belasan, termasuk di dalamnya deretan derigen.

Awal pekan ini antrean marak terjadi di berbagai lokasi penerimaan siswa baru, yang seolah merupakan lanjutan antrean penghujung pekan lalu, saat beribu kendaraan berbaris rapi menuju Kota Hujan untuk berucap selamat bagi anggota keluarga baru. Dan sebentar lagi kita segera akan menyaksikan antrean Bapak Ibu Anggota Dewan yang terHormat di imigrasi sebagai tindak lanjut program ‘Studi Banding’ DPR RI ke beberapa negara di Asia, sekalian untuk memanfaatkan gaji ke-13 dan kenaikan gaji mereka, tentunya.

Padahal, kalau saja ada sedikit kepekaan nurani, tentunya apa yang dicontohkan SBY bisa dipanuti. Demi mengatasi persoalan kelangkaan BBM dan defisit APBN, SBY menunda lawatan ke RRC yang sudah terjadwal sejak lama. Bahkan, belakangan beliau yang senantiasa necis dengan stelan jas lengkap, mulai membiasakan diri dengan batik lengan pendek. Dan, air mancur di Medan Merdeka Utara yang selama ini menjadi indikator keberadaan Kepala Negara di Istana, tak lagi difungsikan. SBY tak hanya sekadar mengeluarkan instruksi, ia telah memberi contoh. Jika kelangkaan BBM dan persoalan pendidikan kerap disorot sebagai bukti kelemahan pemerintahan SBY, maka langkah keteladanan tadi seharusnya boleh dianggap sebagai kelebihannya.


>>>^<<<


AIR mancur di Monas akan menari mengikuti alunan irama musik, akan segera dioperasikan akhir bulan ini setelah rampung renovasi yang menelan miliaran rupiah. Kendaraan umum sejenis angkot di DKI Jakarta tidak lagi sumpek karena armadanya kini telah diperlengkapi dengan AC. Sementara itu, pada akhir pekan, semua kendaraan hanya akan terisi dengan Pertamax yang harganya nyaris dua kali lipat premium yang tidak dijual Sabtu dan Ahad di Ibukota.
Penghematan, sebagaimana yang diakui Kepala Negara, memang mengandung konsekuensi berkurangnya kenyamanan. Padahal kenyamanan itu adalah indikasi kesejahteraan. Dan kesejahteraan adalah sasaran utama perjuangan dan pembangunan. Kesejahteraan adalah janji-janji yang paling dominan yang digelontorkan oleh semua kontestan di semua ajang kompetisi kekuasaan. Dan, kesejahteraan pulalah yang akhirnya duluan tercerabut dalam pencapaian kerja siapapun yang memenangi ajang tersebut.
Kita sama-sama akan segera menjadi saksi, apakah Bang Yos benar akan mengoperasikan air mancur yang dibuat karena sirik–nya kita terhadap muncratnya air di pelataran Menara Kembar Petronas Malaysia nan indah mempesona itu, atau membiarkan dana miliaran terbuang percuma demi penghematan. Karena, menindaklanjuti Inpres, Bang Yos sudah terlanjur mengancam akan menjatuhkan punishment bagi siapapun yang tidak melaksanakannya. Jika air mancur Istana saja dipadamkan, apa iya air mancur lainnya bakal berani dinyalakan ?


>>>^<<<


MASYARAKAT kita, memang hebat. Sudah belasan tahun disuruh mengencangkan ikat pinggang, masih juga diinstruksikan berhemat. Masyarakat kita pun ho-oh saja, ketika sudah capek-capek antre mendaftarkan anaknya, dimintai dana padahal mereka sudah dijanjikan pendidikan gratis sebagai imbas keikhlasan mereka saat harga BBM dinaikkan Maret lalu.
Tentu saja masyarakat kita hebat, karena mereka bagian dari sebuah bangsa yang hebat. Bangsa yang anggota OPEC (organisasi negara peng-ekspor minyak) nan disegani, yang memiliki kuota produksi dan ekspor urutan teratas di luar negara-negara teluk, yang telah memakmurkan sekian negeri yang memiliki konsesi dan kerja sama dengan Pertamina, tapi rakyatnya harus menerima kenyataan susah beroleh minyak. Bangsa yang memiliki Pertamina yang merugi ketika harga minyak dunia merosot, dan tetap merugi saat minyak di pasaran dunia meroket.
Bangsa yang hebat, karena anak-anak bangsanya tetap bisa bersekolah gratis yang mahal, meski bapaknya `cuma penjual sapu lidi, peniti, atau pakaian dalam bekas yang diimpor berkodi-kodi dari negara yang membangun pabrik dan konveksinya di sini. THERIQA 120705

1) - Mawa’idh Imam Syafi’i
2) - Entah kenapa aku merasa situasi kita belum beranjak dari kondisi yang sama dua tahun yang lalu, maka aku tampilkan kembali tulisan yang pernah dimuat MediaTangerang 12 Juli 2005 ini.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

vbBang, slamat hari raya kurban.

Anonim mengatakan...

Tahun 2010 harga premium mungkin sama dengan harga di India sekarang yaitu 12ribu rupiah. Pasti ada cara canggih dan mulia untuk masalah ini.

Kalau soal prestasi, bisa dicek di sekolah2 tinggi di USA; 10 besarnya pasti diduduki anak2 Asia... dan anak Indonesia pasti ada di dalamnya.

Wsasalsm

Soemarmo//