15.1.08

Kedelai - Keledai


SAMPAI STASIUN KERETA
PUKUL SETENGAH DUA
DUDUK AKU TERMANGU
TANYA LOKET DAN PENJAGA
KERETA TIBA PUKUL BERAPA
BIASANYA KERETA TERLAMBAT
DUA JAM SUDAH BIASA...

Malam minggu kemarin, saya beserta tiga SahabatJiwa: Eddy Mursalim, MBA; Agus Budi Utomo, SE.; dan Jimmy Hirza, S. Ag; mengadakan perjalanan menuju Semarang, Jawa Tengah untuk mengadakan inspeksi internal yang berkaitan dengan organisasi kami. Sebelumnya, seharian kami habiskan di Serang, Banten -- untuk pekerjaan yang nyaris serupa.

Setelah janji ketemuan di DD, restoran khusus kue bolong di Cikokol, berangkatlah kami dengan gagahnya menuju ke Gambir, bermodalkan informasi bahwa kereta Argo Lawu akan berangkat pukul 23.00. Setiba di stasiun, suasana sangat lengang. Meruput neh, pikir kami. Maka dengan santai tetapi tetap gagah, kami menuju ke loket, setelah menitipkan mobil di bagian parkir inap.

Loket tertutup, tak ada satu penumpang, atau calon penumpang lain pun yang terlihat di sana. Akhirnya, kami menemukan dua orang petugas yang menjaga di bawah tangga peron. Dan, alhamdulillah, lagu Iwan Fals seperti pembuka di atas, kayaknya sudah harus direvisi. Kereta telah berangkat tepat waktu, pukul 21.30, on schedulle. Tapi sebentar, Wan, jangan buru-buru revisi dulu, lagu anda tidak bercerita tentang keberangkatan, tapi kedatangan. Apakah kereta yang berangkat tepat waktu, juga lantas akan tiba tepat waktu ?

Akhirnya, kami memutuskan untuk mencari alternatif. Bis tidak mungkin, karena harus estafet. Kalaupun ada bis yang masih berangkat dari Pulo Gadung, entah ada sambungannya atau tidak di terminal yang berikut. Tidak berputus asa, kami menuju Bandara Sukarno Hatta. Apa boleh buat, kami harus tiba pagi di Semarang, karena tugas sudah menanti.

Setelah berjuang, akhirnya kami menemukan empat tiket paling awal, tepat pukul 04.15 subuh di sebuah biro travel yang buka 24 jam di lingkungan Hotel Sheraton. Sisa 2,5 jam pun akhirnya kami habiskan nongkrong di bandara.

Karena Senin pagi, kami juga sudah ditunggu pekerjaan rutin kami, maka selesai inspeksi di Semarang, kami harus segera cabut. Untungnya, lagi-lagi kami menemukan empat tiket untuk penerbangan yang terakhir. Meski panas, Semarang ternyata sangat ramah.

Uniknya, kami berangkat dengan pesawat SriwijayaAir (identik dengan Sumsel), dan pulang dengan Mandala (samar-samar mengingatkan akan Papua). Saat kami boarding, di televisi Bandara A. Yani, sedang tayang langsung pertandingan final Copa Dji Sam Soe (aneh, kenapa bukan Piala Liga Indonesia?) antara Sriwijaya FC melawan Persipura. Saat itu, baru babak pertama, Persipura unggul satu gol.

Kami mendarat kembali di Bandara Sukarno-Hatta pukul 21.15. Mengambil mobil dan penyiar di radio mengabarkan bahwa Sriwijaya FC telah memenangi Copa Dji Sam Soe (kok bukan Piala Liga Indonesia, ya?) lewat adu pinalti, (1-1,1-1,4-1). Selamat untuk Sriwijaya FC, laskar wongkito. Mungkin hasilnya akan berbeda jika kami berangkat dengan Mandala dan pulang dengan Sriwijaya, hahahaha....


Tadi malam, saya dan para HandaiTaulan serta SahabatJiwa (Ari, Opik, Edwin, Halim, Apri, Agus, Rizal, Bontot, dan Jimmy) berkumpul di Sawung Rere untuk sekadar merayakan secara sederhana ulang tahun yang ke-40 saudara kami Zaidan Jauhari, SE. Karena Zaidan adalah wongkito, pastinya dia juga sekaligus merayakan kemenangan Sriwijaya FC.

Biasanya, upacara ultah para SahabatJiwa kita gelar di Legato Cafe sambil diiringi alunan kibod dari Piter, bapaknya Gundala (kan Gundala Putera Piter...?) atau di kafe lesehan mendoan di pelataran ruko CitraRaya. Tapi kali ini kita memang sengaja melakukannya secara sangat-sangat-sangat sederhana. Di Sawung Rere ditemani siomay dan air-minum-gelas merek VIT.

Alasan utama kesederhaan kali ini adalah, karena ayahanda Zaidan sedang dirawat di rumah sakit di Muara Enim akibat serangan stroke. Alasan kedua, Bapak Pembangunan Republik ini, Jenderal Besar Muhammad Soeharto sedang dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina, karena usianya yang hampir 87 tahun, diringi doa para pengagumnya, diringi hujatan para pencelanya, diiringi debat kusir tak berujung pangkal soal diteruskan atau tidak proses hukum terhadap beliau. Alasan ketiga, karena harga tempe yang bahan dasar mendoan sedang melambung tinggi akibat harga kedelai yang bahan dasar tempe sedang tidak terkendali.

Harga kedelai memang sedang asyik terbang berputar ke sana kemari. Tidak perduli dengan para pengrajin tahu tempe kecap taoco dan sebagainya yang kian tertatih, kian merintih. Dahulu, kita bahkan sempat barter pesawat buatan IPTN dengan kacang kedelai. Kini, IPTN tidak jelas, kedelai pun ikut-ikut tidak jelas.

Di masa lampau, kita sempat swasembada pangan. Bahkan, hampir-hampir tinggal landas. Kini segala-galanya makin jelas akan segera kandas. Orang pintar, tentu bukan hanya bisa memilih obat yang baik ketika ia masuk angin. Orang yang pintar, jelas tidak akan lebih bodoh dari keledai yang konon tidak pernah terjerembab di lobang yang sama berulang kali. Ataukah memang kini kita sedang dalam genggaman orang-orang yang bebal. Kedelai telah menghadirkan sebuah bukti. Dan supaya kita, seluruh anak negeri tidak seperti keledai, sebaiknya kita juga bisa berpikir ulang untuk memberikan kekuasaan, mempercayakan tampuk pimpinan.

Jangan malu disebut bangsa tempe, karena ternyata tempe pun bisa lebih mahal dari donat, dari burger. Malulah jika kita disebut bangsa keledai, meski sebenarnya keledai toh tidak bodoh-bodoh amat, karena konon mereka tidak pernah terjerembab di lubang yang sama. Mohon maaf yang kedelai, eh, keledai. THERIQA 150108

*) KERETA TIBA PUKUL BERAPA, IWAN FALS

26 komentar:

Anonim mengatakan...

Sudah pasti,
sukses ya,
terimakasih.

Anonim mengatakan...

Siap...
pasti kita menang.

Anonim mengatakan...

Web dlm pengembangan krn terbentur biaya dan data informasi dpt diakses http://www.swarasolidaritas.com

Anonim mengatakan...

nggak dong udah jelas dan yakin no. 1 yg dicoblos.

Anonim mengatakan...

Amiin, insya Allah, Bang.

Anonim mengatakan...

Tekadku mencari seribu pemilih no. 1, apadaya masih kurang duaratus satu, untung masih ada 1 minggu..

Anonim mengatakan...

SINDO 15 Jan 08 hal 29,
entrepreneur muda yg sukses lewat internet. Salah satunya ANGELO SOTIRA 26 TH dg kekayaan 709 milyar pemilik situs devian art.

Anonim mengatakan...

Ass
sekali ismet ya tetap yg nomor satu yg kita coblos. Klau pasangan laki perempuan mah enaknya dicoblos ditempat tdr...

Anonim mengatakan...

akur bro,
ini memang berat.
Jgn lengah atau euphoria.
Selisih keunggulan hanya 2,8%.

Anonim mengatakan...

pasti satu paling jitu,
masyarakat pada tau,
supaya daerah kita maju.

Anonim mengatakan...

PAK ANDRE ? JAJULI DAN AIRIN TIDAK ADA BAGIAN JADI BUPATI TANYA DEH SAMA H. ASTARA YG PUNYA WILAYAH TANGERANG

----

PAK ISMET DI LAWAN SIAPA DULU. PAK MAJU TERUS PANTANG MUNDUR KARYAWAN EXS PTP XI SERPONG MENDUKUNG NO 1 KELUARGA BESAR EXS PTP BERSAMA PAK H. ISMET / H. RANO KARNO

Anonim mengatakan...

Insya Allah iman di dada masih menyertai kanda & kel besar H. Nandi yakin bahwa no. 1 adalah pilihan terbaik.

Anonim mengatakan...

Terlanjur sayang tuk melupakan tambatan hati pempimbing hati nurani pemimpin jiwa no. 1 memang kusuka.

Anonim mengatakan...

Itu sudah pasti
No. 1, Bang

Anonim mengatakan...

BUKTI
BUKANNYA
BARJANJI

Anonim mengatakan...

Bang, koord tk becak ud dipanggil sama keluarga bupati. Terimakasih atas bantuannya.

Anonim mengatakan...

Itu mah pasti.
Tim tdk bagus, dana kurang, strategi nyaris amburadul. Tapi PDI Perjuangan tetap oke.

Anonim mengatakan...

Wuih, keren bgt blog na udah ada adsense.

Anonim mengatakan...

Sang Semburat yth.
iseng saya baca komen yang ada di web ini, kerinduanku tentang seorang Semburat yang benar-benar berani berkata benar, kok tidak lagi seperti dulu?
Saya ingat, betapa luka hati Sang Semburat dulu dikhianati oleh anak-anak bupati. Sang Semburat korbankan banyak hal termasuk padepokan Semburat Jingga untuk membantu mereka, tapi Sang Semburat dicampakkan begitu saja. Mengapa saya lihat di sini, masih begitu kental membela mereka. Waktu itu saya turut menangis, melihat Sang Semburat terluka hati dan batin. Ingat, sahabatku, ingatlah tentang MediaTangerang yang membuat diri Sang Semburat kurus kering. Saya lihat, ada saudara Sang Semburat ikut nyalon wakil bupati, kenapa tidak mendukung dia, bukankah mendukung saudara sendiri lebih baik dari membela orang yang mengkhianatimu? Saya masih tetap kagum dan akan selalu kagum pada Sang Semburat, jangan lagi menyakiti dirimu sendiri.

Anonim mengatakan...

Jujur saja, P' Andre
masukan Bapak tentang pola advertisment sangat membantu tim kami. terimakasih.

Anonim mengatakan...

jika tanah gersang
ya di Airin
jika hati dahaga
ya di Airin
jika jiwa kerontang
ya di Airin
jika menghijaukan huma
ya di Airin
jika mau mencari pemimpin baru yang cantik, cerdas, sederhana, bersahabat, tidak melupakan jasa orang, tidak korup, tidak sok, tidak belagu, tidak merasa tangerang ini milik pribadi, tidak berurusan dengan kpk, tidak pernah menyuap kejagung, tidak suka bolos, tidak hanya menghabiskan waktu memancing, tidak suka memarahi anak buah di muka umum, tidak takut ama bini...,
ya pilih Airin.

Thanks, Bang.
Kita tetap Bersahabat. Ok.

Anonim mengatakan...

Akhirnya,
ada juga yang laen, hehehe.
bosen ama kecap
cape menunggu bukti
untungnya saya tidak terdaftar sebagai pemilih, meski banyak pemilih yang didaftar doble... yang curang siapa ya..?
yang memberi bukti siapakah...?
saya dengar dah banyak relawan yang keleleran, sementara yang cari muka bejibun disekeliling putra mahkota...
makasih, Bang. U're still the best.

Anonim mengatakan...

Akur aja kita, Abang...

Anonim mengatakan...

Hehehe...bang soma gmn kabarnya bang?

Sang SemburatJingga mengatakan...

Saya tidak pernah menjawab komentar HandaiTaulan dan SahabatJiwa, kecuali kali ini.

Adikku Achmad Rifai,
dimanapun dirimu kini berada.

Terimakasih yang tulus untuk atensi kamu. Percayalah SemburatJingga baik-baik saja. Saya pribadi pun demikian halnya.

Ijinkan saya untuk meluruskan sedikit pendapat Adikku tentang hal yang menyangkut SemburatJingga dan MediaTangerang. Saya lah yang bertanggungjawab penuh terhadap keduanya, dan bukan salah siapapun atas apa yang terjadi.

Putra-putri Pak Ismet, jika itu yang engkau maksud, sama sekali tidak pernah mencederai saya, melukai hati saya, dengan sengaja. Mereka adalah adik-adik yang santun, penuh tanggungjawab dan bersahabat.

Adikku, bukankah pada kesempatan yang lalu, saya senantiasa mengingatkan agar kita tidak memelihara amarah, memupuk dendam. Tidak selalu berpaling ke belakang. Untuk maju, tataplah dengan lantang ke depan. Jejakkan langkah mu dengan pasti sambil mengucap Bismilah.

dan lagi,
jika kita teraniaya, sesungguhnya kita harus berterimakasih kepada mereka yang menista kita, bahwa mereka telah mengirimkan setidaknya limapuluh malaikat untuk menjadi pendamping kita.

Dan terakhir,
saya mengenal dengan baik Pak Ismet, beliau orang yang sangat luar biasa, bacalah tulisan saya yang berjudul "ADENG".

Mari adikku, kita tidak lagi berburuk sangka. Kita songsong esok yang lebih baik, yang lebih cerah, yang gilang gemilang.

Terimakasih.

Anonim mengatakan...

Hari terakhir ini saya nggak bisa menyaksikan ramenya kampanye penutup Ayah dan Abang; namun di balik itu saya behasil 'ngurus' beberapa kawan yang kartu pemilihnya nyasar.

Soal dele memang bikin puyeng; biasanya dele kan ditanam di pinggir kali atau bantaran kali. Kita tahu sendiri bahwa banjir tidak bersahabat; dele kalok sudah kena banjir pasti tewas.