27.11.07

Peran Ulama di Kabupaten Tangerang



Sedari terbentuknya, hingga era yang serba terbuka dan majemuk ini, keberadaan Kabupaten Tangerang sangatlah lekat dengan peran tokoh-tokoh keagamaan, khususnya para Ulama. Apalagi jika ditinjau secara geografis, dimana Kabupaten Tangerang merupakan bagian wilayah Provinsi Banten, maka kesan sebagai daerah yang agamis semakin kental.

Dalam perkembangan dewasa ini, sejalan dengan kemajuan teknologi, selaras dengan iklim globalisasi, dan seiring dengan invasi budaya asing yang kian sulit ditangkal serta dekadensi moral yang kian mengganas, ditambah lagi kondisi pelbagai sendi kemasyarakatan dan kenegaraan yang belum lagi pulih akibat krisis multi dimensi, ulama dan para pemuka agama termasuk di dalamnya kalangan pimpinan pondok pesantren, tentunya ada dan berada dalam posisi yang sangat signifikan dan strategis.

Ketimpangan kesejahteraan dan jurang perbedaan kelas yang kian menganga di tengah masyarakat, adalah ranah subur dimana penyimpangan kaidah dan norma menyemai dan bersemi. Faktor beban penghidupan yang menghimpit, tekanan psikologis dan desakan kebutuhan yang menjulang adalah konstruksi bagi timbulnya pemikiran dan ajaran yang menyediakan jalan pintas bagi mereka yang mudah goyah.

Tidak heran, belakangan ini, dari berbagai pemberitaan, kerap kita dapati kabar tentang timbul dan berkembangan sekte-sekte agama yang muncul dengan pengikut yang berjubel. Padahal jika ditakar, apa yang ditawarkan oleh aliran-aliran tadi sesungguhnya sangat jauh dari logika dan ratio yang justru dewasa ini sangat diagung-agungkan.

Ada yang mengaku sebagai nabi, ada yang mengaku sudah bertemu dengan malaikat, bahkan ada yang mengaku sudah bertatap-muka dengan Sang Maha Pencipta dan mengalami mi’raj. Itu sebabnya, Majelis Ulama Indonesia, baik di pusat maupun di daerah-daerah di mana penyimpangan tersebut berkembang, segera melakukan klarifikasi dan akhirnya menyatakan bahwa ajaran-ajaran seperti itu adalah sesat dan menyesatkan.

Jalan pintas memang menjadi tawaran yang menarik bagi mereka yang tidak memiliki kekuatan iman, ketabahan bathin, dan tidak menghargai sebuah proses. Acara di televisi, yang menawarkan menjadi bintang/selebritis secara instan, kuis dengan hadiah besar (untuk menjadi jutawan bahkan miliarder) secara instan, praktik dukun penggandaan uang, bahkan dengan pola mutakhir semisal penipuan berkedok investasi valas dengan imbalan keuntungan instan yang teramat menggiurkan, pada kenyataannya memikat begitu banyak orang dari berbagai latar belakang masyarakat.

Karakter masyarakat yang begitu mudah terbujuk rayu seperti itu, juga belakangan dimanfaatkan oleh kalangan-kalangan tertentu yang mengincar kedudukan secara politis untuk membombardir masyarakat dengan janji-janji yang serba muluk, mencengangkan dan tentu saja, sangat tidak rasional. Pengalaman daerah lain yang telah selesai melaksanakan pilkada telah membuktikan bahwa janji yang kelewatan sewaktu kampanye, nyatanya tak satupun yang mampu mereka wujudkan setelah kekuasaan berhasil mereka genggam.


Kabupaten Tangerang, alhamdulillah, sejauh ini – setidak-tidaknya dalam kurun waktu empat-lima tahun terakhir – tidaklah secara ekstrem mengalami apa yang terdeskripsikan secara nasional di atas.

Pemerintahan Daerah yang dinahkodai H. Ismet Iskandar, senantiasa menyeimbangkan pembangunan fisik dengan pembangunan moral spritual. Di masa awal beliau menjadi Kepala Daerah, yang kemenangannya dihantar dan didoakan oleh mayoritas ulama itu, beliau membuat prioritas untuk menyelesaikan pembangunan Masjid Raya Al-Amjad dan pembangunan Tangerang Islamic Center. Bagi H. Ismet Iskandar, jauh lebih baik landmark di Kabupaten Tangerang dalam bentuk bangunan yang berfungsi sebagai sarana dan wahana pembinaan moral spritual ketimbang semata-mata bangunan fisik yang kerap salah kaprah, semisal gerbang atau gapura kota yang lebih berfungsi sebagai space-iklan, jembatan penyeberangan yang salah tempat dan tidak pernah difungsikan untuk menyeberangkan orang, dan lain sebagainya.

Dalam berbagai kesempatan, KH. Turmudzi, Ketua Umum MUI Kabupaten Tangerang, sering mengisahkan kenangannya terhadap perkembangan pembangunan aspek rohani sebagaimana yang ia alami dan rasakan mulai dari awal karir organisasinya sebagai pengurus MUI tingkat kecamatan hingga jabatannya yang terakhir ini. KH. Turmudzi menggambarkan, bagaimana perhatian yang sedemikian besar yang diberikan oleh Pemerintah Daerah, khususnya oleh H. Ismet Iskandar terhadap keberadaan dan potensi serta kesejahteraan para ulama, kiai, DKM, Guru Mengaji, MUI, Pesantren hingga kepada sendi-sendi keagamaan lainnya.
Di fase ini pula, Kabupaten Tangerang meraih Juara Umum MTQ Tingkat Provinsi Banten empat kali secara berturut-turut. Bahkan putra-putri daerah terbaik yang meraih predikat terbaik dalam ajang tersebut mendapat ‘kado’ yang sangat istimewa dari Pemda, berupa perjalanan ibadah ke Tanah Suci.

Kondisi yang cukup konstruktif tersebut tentunya hadir sebagai akibat adanya keharmonisan dan komunikasi yang kokoh antara kalangan ulama dan umaro, serta kuatnya silaturahmi antara keduanya dengan ummat.


Ke depan, mengingatnya pentingnya fungsi dan tugas masing-masing, baik dalam mempertahankan kondisi kondusif di Kabupaten Tangerang yang sudah tercipta dan terjalin selama ini, maupun dalam hal meningkatkan kinerja serta peran masing-masing, tentunya sikap dan perhatian pengambil kebijakan, terutama dari lembaga legislasi masih sangat dibutuhkan.

MUI, para ulama dan para pemimpin pondok pesantren, masih tetap diharapkan sebagai ujung tombak untuk mengikis habis persoalan yang menyangkut kehidupan masyarakat, tidak hanya sekadar dari aspek kerohanian, tapi lebih pada semangat dan motivasi untuk membangun Kabupaten Tangerang, turut mencerdaskan kehidupan masyarakat dan membangunkan benteng pertahanan yang kokoh dari terjangan berbagai hal yang merusak kehidupan masyarakat, seperti aliran-aliran sesat dan menyesatkan, narkotika dan zat-zat adiktif lainnya, pornografi dan pornoaksi, serta bentuk-bentuk kemaksiatan lainnya.

Islamic Center yang kini menjadi rumah bagi segala kegiatan MUI, BAZDA dan LPTQ Kabupaten Tangerang, juga masih menanti sentuhan-sentuhan yang bisa membangkitkan ruh-nya, tidak sekadar hanya sebagai sebuah bangunan megah yang diam seribu bahasa, tapi juga dapat berperan lebih jauh dengan menjadi pusat dari segala kegiatan syiar keislaman.

Ulama dan para pemuka agama, tentu sangat berharap, Pilkada Kabupaten Tangerang yang sebentar lagi akan kita hadapi bersama dapat dilalui dengan sentosa dan melahirkan pasangan terbaik yang akan terus berkiprah dalam pembangunan yang sudah terlihat baik selama ini.

Akhirnya, kami sampaikan Dirgayahu Kabupaten Tangerang. Negeri yang tentram dan sentosa, adil dan sejahtera yang menjadi rumah bagi segala harapan yang baik ini, bisa menjadi lebih baik lagi di hari-hari yang akan datang. Amin. ANDRE THERIQA, KOMISI PENGEMBANGAN EKONOMI UMMAT, MAJELIS ULAMA INDONESIA KABUPATEN TANGERANG 261107

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Salam ma kiai yang baek-baek ye,
moga aza praktek model kifayah al-islamiah, children of god ato al-haq ga pernah kejadian di sini. mit-amit, hih...