Gara-gara menemukan sebuah batu saat petir menyambar, Ponari dianggap memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Lantas berbondong-bondonglah orang datang, ada yang memang karena penyakitan, tapi tak kalah banyak pula orang yang datang hanya karena penasaran.
Melihat pola pengobatan Ponari kecil hanya dengan menyelupkan si 'batu bertuah' ke air, tanpa jampi-mantera dan bahkan diagnosa, pantaskah Ponari disebut sebagai dukun?
Yang lebih heboh lagi adalah banyaknya pemberitaan yang menyebutkan bahwa keluarga Ponari kaya mendadak dan telah menjadi milyarder.
Nyatanya, Ponari tetaplah si kecil yang cuek, yang sederhana, yang kadang amat sangat masa bodoh dan terlihat bt, yang telah kehilangan waktu untuk belajar dan bermain.
Terlepas dari 'kesaktian'nya yang merupakan titisan Ki Ageng Selo, atau Gundala Putra Petir sekalipun, terlepas dari kemungkinan ia adalah sosok Satria Piningit, sewajarnya Ponari diselamatkan dari kepentingan selebrasi orang tua dan tetangganya, dari eksploitasi lingkungan dan pemda setempat, dari kecemburuan para dukun dan tabib, juga dus sekaligus dari sorot kamera media massa yang hyper-expose.
Bukankah gejala Ponari, hanya merupakan siklus lazim menjelang Pemilu, tak beda jauh dengan pertikaian Cathrine Wilson versus Ayu Soraya. Jadi janganlah menjadikan Ponari sebagai Ponirah, yang terpidana. ANDRETHERIQA 180209
Melihat pola pengobatan Ponari kecil hanya dengan menyelupkan si 'batu bertuah' ke air, tanpa jampi-mantera dan bahkan diagnosa, pantaskah Ponari disebut sebagai dukun?
Yang lebih heboh lagi adalah banyaknya pemberitaan yang menyebutkan bahwa keluarga Ponari kaya mendadak dan telah menjadi milyarder.
Nyatanya, Ponari tetaplah si kecil yang cuek, yang sederhana, yang kadang amat sangat masa bodoh dan terlihat bt, yang telah kehilangan waktu untuk belajar dan bermain.
Terlepas dari 'kesaktian'nya yang merupakan titisan Ki Ageng Selo, atau Gundala Putra Petir sekalipun, terlepas dari kemungkinan ia adalah sosok Satria Piningit, sewajarnya Ponari diselamatkan dari kepentingan selebrasi orang tua dan tetangganya, dari eksploitasi lingkungan dan pemda setempat, dari kecemburuan para dukun dan tabib, juga dus sekaligus dari sorot kamera media massa yang hyper-expose.
Bukankah gejala Ponari, hanya merupakan siklus lazim menjelang Pemilu, tak beda jauh dengan pertikaian Cathrine Wilson versus Ayu Soraya. Jadi janganlah menjadikan Ponari sebagai Ponirah, yang terpidana. ANDRETHERIQA 180209
1 komentar:
walah-walah kesian amat tuh bocah, sepintas jadi ingat ama si tole di pilm Nopember 1828 ya bang...
lebih kesian lagi tuh ama dewi setyawati, nyang mo nyaingin si ponari dengan batu yang serupa tapi katanya 'berjenis kelamin perempuan'
aya-aya-wae...
Posting Komentar