3.2.08

Bah


Katanya, banjir besar di Jakarta itu siklus lima tahunan. Tapi, tempo hari, lagi-lagi Jakarta kelelep dan ngap-ngapan. Atau, banjir kemarin ini memang bukan banjir besar, karena kadung yang diklaim sebagai banjir besar sudah berlangsung Januari tahun lalu?

Tapi sesungguhnya, siapa lagi yang peduli itu mau disebut besar atau tidak. Nyatanya, cakupan genangan air merambah ke mana-mana. Bukan saja ipar saya -- H. Taufik -- yang terkena dampaknya, ia terpaksa meninggalkan 'audi'-nya untuk menumpang sepeda motor sang adik yang sore itu boleh melaju di jalan tol. Bahkan SBY yang Presiden Republik Indonesia pun memiliki kesempatan yang sama untuk merasakan efek hujan semalaman itu.

Tak pelak, 'sang ahli' pun kelabakan. Pihak pertama yang dipersalahkan adalah kontraktor drainase. Karena sungguh mencengangkan, terjangan air itu kali ini tidak melulu melanda wilayah minus di sepanjang sepadan kali dan wilayah kumuh yang memang sudah terbiasa dengan kondisi semacam itu, tetapi kali ini yang ditampar oleh banjir adalah jalan protokol paling bergengsi, Sudirman-Thamrin dan Tol Sedyatmo.

Tercatat lebih dari duaratus tiga puluh penerbangan terhambat, tertunda dan dibatalkan. Tidak tercatat entah berapa kerugian para pengusaha --terutama yang bergerak di sektor angkutan umum. Tidak juga tercatat, berapa pengharapan di awal bulan yang terkapar sia-sia. Dan itu semua ternyata tidak cukup untuk menggerakkan kita untuk semakin waspada.

Banjir memang bukan barang baru. Mungkin satu ketika nanti, banjir tidak lagi dianggap sebagai bencana alam. Banjir akan menjadi sebuah gejala yang biasa-biasa saja sebagaimana kita bersendawa pasca sarapan pagi dengan menu makan siang. Banjir bahkan mungkin akan menjadi rutinitas, seperti (punten) b-a-b yang kita lakukan sebelum sarapan pagi dengan menu makan siang tadi.

Memang alam dan fenomenanya yang paling asyik untuk dikambinghitamkan. Padahal ketika musim sedang kering, kita dan lebih-lebih pemerintah, tidak merasa harus melakukan upaya persiapan dan pencegahan jika musim basah tiba. Dan ketika musim basah itu tiba, kita dan lebih-lebih pemerintah, sibuk menyalahkan cuaca yang menyebabkan kita dan lebih-lebih pemerintah, tidak bisa melakukan apa-apa.

Banjir itu mungkin akan menjadi bah. Tanpa menjadi bah pun, ketika banjir ada, sahabat saya yang asli Tarutung pasti akan spontan bilang, "Bah !!"

Banjir jelas telah mengakibatkan banyak hal tidak lagi bisa dikerjakan. Boro-boro untuk berpoco-poco (meminjam istilah Megawati Soekarnoputri, yang mengibaratkan pemerintah sekarang seperti tarian khas dari belahan timur itu, maju selangkah - mundur lagi selangkah, hanya berputar-putar di tempat), untuk mengadakan sparing bulutangkis dengan kerabat kami yang dari Priuk pun terpaksa ditunda hingga waktu yang belum bisa dipastikan.

Atau mereka memang tidak sedang poco-poco, tetapi justru sedang mundur teratur. Bah !!! ANDRETHERIQA 030208

7 komentar:

Anonim mengatakan...

emang heboh jumat kemaren tu, bang. kalau balau aku aja pulang ampe ruma tu jam setengah satu malem, sempat pengen nginap di jalan aja, hahaha.... kalau memang, ndak tau tu kemana orang yg waktu kampanye kemaren ngaku sebagai ahli yang bisa mengatasi macet dan banjir. kayak yg udah-udah aja, gombal semua.

Anonim mengatakan...

parah..., parah..., dan parah. amburadul kabeh, kang. wis ra penting2 banget, ra usah menyang jakarta wae...

Anonim mengatakan...

jangankan banjir, harga kedele pun tak bisa dikendalikan pemerintah. entah apa kerja sby dan jk. tapi mega pun sama sajanya tu. kayak dia bagus kali kepemimpinannya. buktinya tak terpilih laginya dia....! memang dah rusak negara kita ni. apalagi pemimpinnya

Anonim mengatakan...

Tepat kalo gitu pilihan saya...
Fauzi Bowo orangnya...
Dialah orang yang harusnya bertanggung jawab di balik banjir jakarta...
Mana janjimu, Fauzi Bowo

Anonim mengatakan...

wah.. kalu gini terus, bisa-bisa jakarta tenggelam nih......

Anonim mengatakan...

Ampenan juga bisa ngikut ya

Anonim mengatakan...

itlah tanda Tuhan Maha Adil..
kalau orang miskin, walaupun rugi tidak terlalu parah..
kalau yg kaya: mobil, peralatan electronik, rumah, dll.. bisa ratusan juta !!
jadi jangan selalu sering mengeluh tentang kemiskinan.