23.5.15

Kerana Susu Setitik Rusak Sekarung Beras Plastik

Tahun 80-an, setiap pelancong lokal yang berkunjung ke Bali, nyaris selalu membawa pulang oleh-oleh berupa replika pohon pisang yang bertandan rimbun yang dipahat dan diukir dari kayu dan menyerupai aslinya. Tidak ada yang mencoba memakannya, kerana tahu itu kayu. Sekarang pisang palsu seperti nyaris tak lagi terlihat di Bali, yang banyak justru replika alat kelamin laki-laki.

Penghujung tahun 90-an hingga awal 2000-an, banyak tersebar toko bernama seragam 'SERBA SERIBU' lantas menjadi 'SERBA LIMA RIBU'. Di toko-toko tersebut akan sangat mudah kita temukan buah-buahan replika, handphone replika, peralatan dapur replika dan lain sebagainya, yang boleh dibilang kesemua barang murahan itu didatangkan dari negeri pakar KW, China.

Baru 2 hari kita meninggalkan tepat 17 tahun bergulirnya reformasi; yang bak gadis pingitan yang akan segera boleh pulang malam, boleh berdandan, boleh mengenakan bra tanpa kaos dalam, dan boleh berkencan. Dan selama 17 tahun ini pula kita sebenarnya cukup kenyang disuguhi segala yang palsu, yang imitasi, yang plastis, yang kosmetis.

Uang palsu, ijazah palsu, susu (sapi) palsu, susu (bukan yang dari sapi) palsu, kontrak palsu, sim palsu, rambut palsu, obat palsu, rokok palsu, inex palsu, dokter palsu, ahli kecantikan palsu, dukun palsu, daging palsu, miras palsu, buku pelajaran sekolah palsu, alqur'an palsu, dai palsu, barang-barang bermerek palsu, oli palsu, wartawan palsu, pegawai kpk palsu, karya seni palsu, skripsi dan desertasi serta karya ilmiah palsu, nabi palsu, polisi palsu, tentera palsu, lsm palsu, abraham samad palsu, pemborong (proyek pemerintah) palsu, bank palsu, organisasi (politik, olahraga, massa) palsu, artis (pemain bokep) palsu, pernikahan palsu, eo palsu, perhiasan (emas, berlian, batu) palsu hingga pemimpin palsu yang gemar mengobral janji-janji palsu.

Tapi coba perhatikan, kata palsu itu bisa digantikan oleh kata-kata lain, semisal gadungan, imitasi, tiruan, aspal, kw, copy super (khusus gadget) atau menyebut bahan dasar pembuatan barang2 itu. Itu sebabnya, aku terhenyak tatkala beredar kabar BERAS PALSU yang pertama kali diletupkan oleh seorang BAKUL NASI disiarkan secara luas oleh semua stasiun televisi; yang hebatnya sang Bakul Nasi sederhana itu menyebutnya dengan istilah BERAS SINTETIS.

Kata sintetis adalah kata yang tidak lazim dipergunakan, apalagi oleh kalangan masyarakat sederhana. Bahkan seorang VICKY saja luput menyebutkan istilah itu. Nah, berangkat dari sana, aku justru melihat ada sebuah skenario yang disiapkan dengan unsur kesengajaan untuk membuat resah masyarakat. Sebuah skenario yang amat terburu-buru, persis seperti skenario yang dadakan dan dibuat on the spot oleh pekerja sinetron kejar tayang. Ini memang negeri yang amat gemar memperkosa logika.
(bat-230515)